Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin


Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Disusun oleh Erman Istanto (CGP Angkatan 8 Kota Pekalongan)

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan yang dalam dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara dikenal dengan Pratap Triloka yang terdiri dari tiga konsep penting: Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Konsep-konsep ini memiliki relevansi langsung dengan bagaimana seorang pemimpin dalam pendidikan mengambil keputusan yang memengaruhi masa depan para murid.

  • Ing Ngarso Sung Tuladha: Pemimpin sebagai teladan yang baik. Konsep ini mengajarkan bahwa pemimpin harus memberikan contoh yang positif kepada murid. Dalam konteks pengambilan keputusan, pemimpin harus menunjukkan bagaimana membuat keputusan yang tepat dan etis. Ini menciptakan lingkungan di mana murid dapat mengambil keputusan yang baik.
  • Ing Madyo Mangun Karsa: Pemimpin sebagai kolaborator. Seorang pemimpin harus bekerja sama dengan murid, membantu mereka dalam menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Dalam hal pengambilan keputusan, ini berarti memberikan murid kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, sehingga mereka dapat merasa memiliki keputusan tersebut.
  • Tut Wuri Handayani: Pemimpin memberi kesempatan. Konsep ini mengajarkan bahwa pemimpin harus memberi kesempatan kepada murid untuk berkembang. Dalam konteks pengambilan keputusan, ini berarti memungkinkan murid untuk memiliki peran aktif dalam menentukan arah dan pilihan mereka sendiri.

Pandangan Ki Hajar Dewantara terhadap pengambilan keputusan menggarisbawahi pentingnya etika dan moral dalam pendidikan. Bagaimana pemimpin bertindak dan mengambil keputusan akan membentuk karakter murid. Oleh karena itu, menjadi penting bagi pemimpin pendidikan untuk menginternalisasi nilai-nilai kebajikan dalam setiap pengambilan keputusan.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri pemimpin pembelajaran dalam pendidikan guru penggerak berpengaruh besar terhadap prinsip-prinsip yang mereka ambil dalam pengambilan keputusan. Misalnya, nilai-nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid akan membimbing pemimpin dalam membuat keputusan yang lebih baik. Ini mengurangi risiko kesalahan dalam proses pengambilan keputusan.

3. Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif?

Pengambilan keputusan dalam konteks pendidikan sering kali melibatkan coaching. Keterampilan coaching yang baik, yang dapat diintegrasikan dengan konsep TIRTA (identifikasi masalah yang cermat dan sistematis), serta prinsip-prinsip dan langkah-langkah pengambilan keputusan, dapat menghasilkan keputusan yang efektif.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek social emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Kemampuan seorang guru dalam mengelola aspek sosial emosionalnya juga berdampak pada pengambilan keputusan, khususnya dalam menghadapi dilema etika. Guru yang memiliki kompetensi sosial emosional dan berpikir mindfulness akan lebih mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana yang mempertimbangkan kepentingan semua murid.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Dalam pembahasan studi kasus yang menekankan pada moral dan etika, nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik menjadi panduan dalam mengambil keputusan. Ini menekankan pentingnya nilai-nilai kebajikan dan rasa tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman

Pengambilan keputusan yang tepat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman bagi murid, sehingga mendukung pembelajaran yang memerdekakan murid. Pengambilan keputusan yang salah dapat berdampak negatif pada murid. Oleh karena itu, penting untuk mengikuti paradigma pengambilan keputusan dan langkah-langkah pengujian keputusan dengan cermat dan penuh tanggung jawab.

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilemma etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan-tantangan dalam mengambil keputusan di lingkungan pendidikan seringkali berkaitan dengan perubahan paradigma di lingkungan tersebut. Perubahan ini bisa menyulitkan pemimpin dalam memutuskan bagaimana menangani kasus dilema etika atau situasi dengan berbagai kepentingan yang berbeda.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan ini juga sangat besar terhadap pengajaran yang memerdekakan murid. Keputusan yang tepat akan memberikan peluang bagi murid untuk berkembang secara mandiri, kreatif, dan inovatif sesuai dengan potensi unik mereka.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran yang mampu mengambil keputusan dengan bijaksana akan memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan dan masa depan murid-murid mereka. Pengambilan keputusan yang tepat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan memengaruhi masa depan murid dengan cara yang positif.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Filosofi Ki Hajar Dewantara dan konsep Pratap Triloka memiliki peran penting dalam panduan pengambilan keputusan bagi pemimpin dalam dunia pendidikan. Nilai-nilai yang dianut oleh pemimpin, seperti nilai-nilai kebajikan dan prinsip-prinsip etika, membimbing mereka dalam mengambil keputusan yang tepat dan berdampak positif pada murid-murid mereka. Selain itu, kemampuan dalam mengelola aspek sosial emosional juga menjadi faktor kunci dalam pengambilan keputusan yang bijaksana. Melalui coaching dan paradigma pengambilan keputusan yang cermat, pemimpin dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif dan memerdekakan murid-murid mereka. Tantangan dalam menghadapi dilema etika sering muncul dalam konteks pendidikan, tetapi dengan berpegang pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang kuat, pemimpin dapat mengatasi tantangan tersebut. Pengambilan keputusan yang tepat oleh pemimpin berdampak langsung pada pengajaran yang memerdekakan murid dan memengaruhi masa depan mereka. Oleh karena itu, pemimpin pendidikan harus selalu berusaha untuk menjadi teladan yang baik dan bijaksana dalam pengambilan keputusan.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Saya belajar terkait dengan cara mengidentifikasi kasus-kasus yang melibatkan dilema etika atau bujukan moral melalui pengujian kebenaran atau kesalahan dalam situasi tersebut. Jika sebuah kasus melibatkan pelanggaran hukum, maka situasi tersebut tergolong dalam bujukan moral, sedangkan jika tidak ada pelanggaran hukum, maka kita berhadapan dengan dilema etika.

Dalam proses pengambilan keputusan, ada empat paradigma yang perlu diperhatikan, yaitu pertentangan antara individu dengan masyarakat, rasa keadilan dengan rasa kasihan, kebenaran dengan kesetiaan, dan jangka pendek dengan jangka panjang. Selain itu, terdapat tiga prinsip penting dalam pengambilan keputusan, yaitu berpikir berdasarkan hasil akhir, aturan, dan perasaan peduli.

Selain itu, saya mempelajari tentang 9 langkah pengambilan keputusan yang meliputi mengumpulkan fakta yang relevan,  pengujian benar atau salah, pengujian paradigma benar melawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilemma, membuat keputusan dan yang terakhir saya refleksikan kembali keputusan tersebut.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua permasalahan adalah dilema etika; ada juga kasus bujukan moral. Sebagai pemimpin, kita harus berhati-hati agar tidak salah mengkategorikan permasalahan sebagai dilema etika jika sebenarnya itu adalah bujukan moral. Dalam menghadapi situasi bujukan moral, terutama jika melibatkan pelanggaran hukum, penting untuk memegang teguh nilai kebenaran dan bertindak sesuai dengan itu.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Dalam dunia pendidikan, pengambilan keputusan seringkali melibatkan dilema etika atau konflik moral yang memerlukan pertimbangan yang cermat. Salah satu kasus yang sering terjadi adalah ketika jam pembelajaran bertabrakan dengan jam istirahat di sekolah. Situasi ini memunculkan perdebatan antara melanjutkan jam pembelajaran yang dapat mengganggu kenyamanan siswa atau memotong istirahat yang bisa menyebabkan keterlambatan masuk kelas.

Dalam menghadapi kasus ini, seorang pemimpin pendidikan harus mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi keputusan yang diambil. Setelah memahami modul ini saya lebih memahami langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah dilema etika.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Konsep pengambilan keputusan yang telah saya pelajari tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang proses pengambilan keputusan, tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam cara saya menghadapinya. Sebelumnya, saya sering merasa bingung dan terburu-buru dalam mengambil keputusan, terutama dalam situasi dilema etika atau konflik moral. Namun, sekarang, saya merasa lebih yakin dan terarah karena saya memiliki kunci-kunci yang saya pegang erat dalam proses pengambilan keputusan. Konsep-konsep tersebut termasuk empat paradigma pengambilan keputusan, yaitu pertentangan antara individu dengan masyarakat, rasa keadilan dengan rasa kasihan, kebenaran dengan kesetiaan, serta jangka pendek dengan jangka panjang. Selain itu, tiga prinsip pengambilan keputusan, seperti berpikir berdasarkan hasil akhir, aturan, dan perasaan peduli, juga menjadi panduan yang berharga. Selain itu, sembilan langkah dalam pengambilan keputusan menjadikan saya lebih memahami bagaimana langkah efektif dalam mengambil dan menentukan keputusan.

Dengan memahami dan menerapkan konsep-konsep ini, saya merasa lebih mampu menghadapi berbagai tantangan dalam pengambilan keputusan. Saya telah mengalami perubahan signifikan dalam cara saya merespons dilema etika dan bujukan moral, dan sekarang saya merasa lebih siap dan mampu untuk membuat keputusan yang bijaksana dan mempertimbangkan berbagai faktor yang terlibat. Dengan adanya landasan yang kuat, saya dapat mengambil keputusan yang lebih baik dan efektif, yang pada gilirannya memengaruhi hasil dan dampak dari setiap tindakan yang saya ambil.

14.  Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Kemampuan dalam mengambil keputusan memegang peran yang sangat krusial dalam kehidupan kita, terutama ketika kita berada dalam posisi kepemimpinan. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam perjalanan hidup, kita akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang memerlukan keputusan yang bijaksana. Ini berlaku tidak hanya dalam situasi sehari-hari, tetapi juga ketika kita memegang peran sebagai pemimpin, termasuk sebagai pemimpin dalam konteks pembelajaran di kelas. Kehidupan seorang pemimpin, baik itu di kelas, dalam organisasi, atau dalam lingkup yang lebih luas, seringkali kompleks dan penuh dengan beragam tantangan. Oleh karena itu, memahami dan mempraktikkan kemampuan pengambilan keputusan adalah suatu hal yang sangat penting. Tanpa pengetahuan dan keterampilan ini, kita mungkin akan terjebak dalam kebingungan saat harus membuat keputusan, bahkan bisa berpotensi mengambil keputusan yang salah, yang pada akhirnya dapat berdampak buruk pada diri kita sendiri dan orang lain yang dipimpin atau dipengaruhi oleh keputusan tersebut.

Pengembangan kemampuan dalam mengambil keputusan adalah proses yang berkelanjutan dan memerlukan pembelajaran. Hal ini tidak hanya relevan bagi pemimpin, tetapi juga bagi setiap individu yang ingin membuat keputusan yang tepat dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan belajar dan mempraktikkan konsep-konsep pengambilan keputusan yang benar, kita dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam menghadapi berbagai permasalahan, menjauhkan diri dari kebingungan, dan mengambil langkah-langkah yang lebih efektif untuk mencapai tujuan kita. Oleh karena itu, pengembangan kemampuan pengambilan keputusan adalah investasi yang sangat berharga untuk meraih kesuksesan dan kesejahteraan dalam kehidupan kita.
Gaya Belajar Murid: Mengoptimalkan Pembelajaran dengan Memahami Kekhasan Individu

Gaya Belajar Murid: Mengoptimalkan Pembelajaran dengan Memahami Kekhasan Individu

Gaya Belajar Murid: Mengoptimalkan Pembelajaran dengan Memahami Kekhasan Individu


Setiap murid memiliki keunikan, karakteristik, serta kebiasaan yang berbeda-beda. Variasi inilah yang mewarnai proses pembelajaran di kelas. Namun, tantangan muncul bagi para pendidik untuk memilih pendekatan yang paling sesuai dan efektif dalam menyampaikan materi pelajaran. Oleh karena itu, para guru perlu mengenali serta memahami gaya belajar dan strategi yang tepat agar materi dapat tersampaikan dengan maksimal kepada murid.




Pentingnya Memahami Gaya Belajar Murid

Berbagai faktor memengaruhi keunikan siswa, termasuk pengalaman, lingkungan, minat, dan kemampuan individual. Faktor-faktor tersebut memiliki dampak pada cara siswa mengelola informasi, menyerap pelajaran, dan menyelesaikan tugas-tugas. Istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan variasi ini adalah "gaya belajar".

Gaya belajar dapat diartikan sebagai cara individu dalam memproses informasi dan mengelola pengetahuan. Gaya belajar merefleksikan bagaimana seseorang memahami informasi baru serta cara mereka mengaplikasikannya dalam berbagai situasi. Dalam proses pembelajaran, setiap murid cenderung memiliki gaya belajar yang berbeda. Ada yang lebih mudah memahami pelajaran secara visual, sementara ada yang lebih nyaman dengan pendekatan praktik, dan ada pula yang lebih responsif terhadap metode ceramah. Memahami gaya belajar siswa memungkinkan guru untuk merancang strategi dan rencana pembelajaran yang efektif.

Pengertian Gaya Belajar Murid

Gaya belajar adalah cara unik di mana seseorang memproses informasi dan mengelola pengetahuan. Ini mencerminkan bagaimana individu memahami materi baru serta bagaimana mereka menggunakan informasi tersebut dalam berbagai situasi. Setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, yang dapat mempengaruhi cara mereka belajar dan menyerap informasi.

Ada tiga gaya belajar utama yang umumnya dikenali dalam proses pembelajaran: visual, auditori, dan kinestetik. Mari kita bahas masing-masing gaya belajar ini.

Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual adalah ketika seseorang cenderung menggunakan indera penglihatan sebagai media utama untuk memahami informasi. Ciri-ciri siswa dengan gaya belajar visual meliputi:
  • Lebih suka menggunakan gambar, diagram, dan presentasi multimedia dalam pembelajaran.
  • Mudah mengingat informasi melalui visualisasi gambar.
  • Lebih cepat memahami materi jika disajikan dalam bentuk presentasi visual.
  • Mampu memvisualisasikan ide dan konsep dalam pikirannya.
  • Lebih nyaman belajar melalui simulasi atau demonstrasi visual.
Strategi pembelajaran yang cocok untuk gaya belajar visual antara lain adalah penggunaan presentasi multimedia, pembuatan poster, video, dan peta konsep.

Gaya Belajar Auditori

Gaya belajar auditori adalah ketika seseorang lebih responsif terhadap penggunaan indera pendengaran dalam pembelajaran. Ciri-ciri siswa dengan gaya belajar auditori meliputi:
  • Lebih suka belajar melalui diskusi dan ceramah.
  • Mudah mengingat informasi melalui percakapan dan penjelasan lisan.
  • Lebih cepat memahami materi jika disampaikan dalam bentuk pembicaraan daripada presentasi visual.
  • Lebih nyaman belajar melalui diskusi dan debat.
  • Menyukai pendekatan audio, seperti podcast atau audio buku.
Metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar auditori termasuk diskusi kelompok, ceramah, dan penggunaan materi audio.


Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik terkait dengan kemampuan seseorang dalam memahami konsep melalui aktivitas fisik dan gerakan. Siswa dengan gaya belajar kinestetik cenderung suka berpartisipasi dalam aktivitas praktis dan demonstrasi. Ciri-ciri siswa dengan gaya belajar kinestetik meliputi:
  • Lebih suka belajar melalui praktik dan aktivitas fisik.
  • Mudah mengingat informasi melalui pengalaman praktis.
  • Lebih cepat memahami materi melalui keterlibatan fisik.
  • Lebih nyaman belajar melalui pengalaman langsung, seperti eksperimen dan praktikum.
Metode pembelajaran yang cocok untuk gaya belajar kinestetik meliputi praktikum, eksperimen, dan aktivitas praktis lainnya.

Mengetahui Gaya Belajar Murid dalam Pembelajaran

Dengan memahami gaya belajar murid, para pendidik dapat merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif. Namun, perlu diingat bahwa setiap individu dapat memiliki kombinasi dari berbagai gaya belajar. Oleh karena itu, menjadi penting bagi guru untuk fleksibel dalam menghadapi variasi ini dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif.

Dalam menyusun rencana pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan gaya belajar yang dominan pada murid-murid mereka. Dengan memanfaatkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar murid, guru dapat mengoptimalkan proses belajar-mengajar di dalam kelas. Melalui pendekatan yang lebih terfokus dan relevan, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan potensi mereka secara lebih efektif.

Mempersiapkan para guru untuk lebih memahami dan mengelola berbagai gaya belajar murid adalah langkah penting dalam menghadirkan pembelajaran yang berkualitas. Para pendidik dapat mencari pelatihan dan mengikuti program pengembangan profesional untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang gaya belajar murid. Dengan meningkatkan pengetahuan tentang gaya belajar, para guru akan lebih siap dalam merancang strategi pembelajaran yang lebih variatif dan inklusif.

Tips untuk Mengetahui Gaya Belajar Murid Anda:


  • Observasi: Perhatikan bagaimana murid bereaksi terhadap berbagai metode pembelajaran. Apakah mereka lebih antusias saat melihat gambar atau video, lebih terlibat dalam diskusi, atau lebih suka melakukan tugas praktis?
  • Koneksi Personal: Berbicaralah dengan murid secara individual untuk mendengarkan preferensi mereka dalam belajar. Tanyakan apakah mereka lebih suka belajar melalui visual, audio, atau aktivitas fisik.
  • Kegiatan Varied: Sajikan materi dengan berbagai pendekatan belajar untuk melibatkan seluruh spektrum gaya belajar. Gunakan gambar, audio, dan tugas praktis dalam pembelajaran Anda.
  • Umpan Balik: Mintalah umpan balik dari murid tentang metode pembelajaran yang mereka temukan paling membantu. Ini membantu Anda mengidentifikasi apa yang berhasil dan mengoptimalkan pendekatan Anda.
Dengan memahami dan memanfaatkan gaya belajar murid, Anda dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih efektif dan mendukung perkembangan individu setiap murid. Pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi gaya belajar akan membantu meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi murid, serta menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih positif dan berkesan.

Bagi para guru, upaya terus-menerus dalam mengembangkan pemahaman tentang gaya belajar serta menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dapat membawa dampak positif dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan merangkul keberagaman gaya belajar, kita dapat membuka pintu bagi setiap murid untuk meraih potensinya dan menjadi pembelajar yang lebih tangguh dan adaptif di masa depan. Semangat untuk menghadirkan pembelajaran yang bermakna dan efektif bagi para murid!
Peran dan Pengganti KKM pada Kurikulum Merdeka

Peran dan Pengganti KKM pada Kurikulum Merdeka

Peran dan Pengganti KKM pada Kurikulum Merdeka

Peran dan Pengganti KKM pada Kurikulum Merdeka


Penerapan kurikulum merdeka atau implementasi kurikulum merdeka (IKM) telah menjadi perbincangan hangat di lingkungan sekolah dan madrasah. Di tengah perubahan ini, banyak yang bertanya mengenai kedudukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam kurikulum merdeka. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami pengertian dan tujuan dari KKM.

A. Pengertian KKM atau Kriteria Ketuntasan Minimal

KKM adalah istilah yang muncul dalam Kurikulum 2013 sebagai bagian dari standar penilaian pendidikan. Menurut Permendikbud No. 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan, KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan, berdasarkan standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

Dasar penetapan KKM mencakup tiga aspek, yaitu karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

B. Kedudukan KKM pada Kurikulum Merdeka

Pertanyaan mengenai apakah KKM akan tetap berlaku pada kurikulum merdeka dijawab dalam nomor 101 di buku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka. Jawabannya menyatakan bahwa ketuntasan hasil belajar tidak lagi diukur dengan KKM berupa nilai kuantitatif. Sebagai gantinya, asesmen formatif dalam pembelajaran dilakukan untuk mengidentifikasi ketercapaian tujuan pembelajaran.

Dengan demikian, kurikulum merdeka menekankan pada asesmen formatif sebagai sarana untuk memahami sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai, bukan lagi menggunakan nilai KKM sebagai ukuran ketuntasan.

C. Pengganti Kriteria Ketuntasan Minimal pada Kurikulum Merdeka

Pertanyaan mengenai pengganti KKM dalam mengukur ketuntasan belajar dibahas dalam nomor 102 di buku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka. Dalam konteks kurikulum merdeka, guru dapat menentukan apakah capaian belajar peserta didik sudah memadai atau belum melalui identifikasi ketercapaian tujuan pembelajaran.

Guru diberikan keleluasaan untuk menentukan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan karakteristik kompetensi pada tujuan pembelajaran dan aktivitas pembelajarannya. Dengan pendekatan ini, guru dapat lebih fleksibel dalam mengevaluasi pencapaian siswa, dan mengakomodasi beragam kemampuan dan potensi individu mereka.

Secara keseluruhan, kurikulum merdeka menggantikan pendekatan KKM dengan asesmen formatif yang lebih berfokus pada pemahaman ketercapaian tujuan pembelajaran. Dengan memberikan keleluasaan kepada guru untuk menentukan kriteria evaluasi, diharapkan kurikulum merdeka dapat memberikan pembelajaran yang lebih adaptif dan inklusif sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Macam-Macam Asesmen dalam Pembelajaran Kurikulum Merdeka: Fungsi dan Penjelasannya

Macam-Macam Asesmen dalam Pembelajaran Kurikulum Merdeka: Fungsi dan Penjelasannya

Macam-Macam Asesmen dalam Pembelajaran Kurikulum Merdeka: Fungsi dan Penjelasannya


Dalam kurikulum merdeka, terdapat beberapa macam asesmen yang bertujuan untuk memahami kebutuhan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa. Asesmen ini meliputi asesmen diagnostik, asesmen formatif, dan asesmen sumatif. Namun, penting bagi pendidik untuk lebih fokus pada penilaian formatif, sehingga hasil penilaian dapat menjadi umpan balik yang berharga untuk meningkatkan proses pembelajaran.

Penugasan Terstruktur dan Tidak Terstruktur dalam Pembelajaran


Asesmen Diagnostik

Asesmen diagnostik merupakan penilaian khusus yang dilakukan untuk mengidentifikasi keterampilan, kekuatan, dan kelemahan siswa. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi individu siswa. Penilaian diagnostik kognitif dilakukan sebelum atau selama pengenalan materi pembelajaran baru. Tujuannya adalah untuk mengetahui pencapaian kemampuan siswa, mengenali kelompok-kelompok siswa dengan pemahaman yang berbeda-beda, serta menyusun materi pembelajaran sesuai dengan kemampuan rata-rata siswa.

Penilaian diagnostik non-kognitif, di sisi lain, digunakan untuk memahami aspek psikososial dan emosional siswa, lingkungan belajar di rumah, serta kondisi keluarga. Informasi ini membantu pendidik memahami keberagaman kondisi sosial ekonomi dan lingkungan yang memengaruhi pembelajaran dan kemampuan siswa.

Asesmen Formatif

Asesmen formatif adalah jenis penilaian yang memberikan umpan balik kepada pendidik dan peserta didik untuk meningkatkan proses pembelajaran. Tujuan utama dari asesmen ini adalah untuk memantau kemajuan belajar siswa dan menilai pencapaian tujuan pembelajaran. Asesmen formatif terdiri dari dua tahap. Pertama, penilaian pembelajaran awal dilakukan untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa dalam mempelajari materi pelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Penilaian ini membantu guru merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Kedua, penilaian selama proses pembelajaran dilakukan untuk memberikan umpan balik yang cepat terhadap kemajuan siswa. Penilaian ini biasanya dilakukan di tengah-tengah pembelajaran atau pada akhir suatu fase kegiatan, sehingga guru dapat mengidentifikasi area perbaikan dan memberikan dukungan lebih lanjut.

Pentingnya Penilaian Formatif dalam Kurikulum Merdeka

Dalam paradigma pembelajaran kurikulum merdeka, penilaian formatif menjadi kunci utama. Dengan memberikan umpan balik secara berkesinambungan selama proses pembelajaran, pendidik dapat mengidentifikasi dan merespon kebutuhan siswa secara lebih efektif. Hal ini membantu siswa untuk terus meningkatkan kemampuan dan pencapaian mereka.

Asesmen Sumatif

Asesmen sumatif adalah jenis tes yang dilakukan setelah serangkaian unit dalam kurikulum, untuk menilai hasil belajar siswa setelah menyelesaikan kurikulum tertentu. Asesmen ini dilaksanakan pada akhir tahun ajaran atau periode pembelajaran tertentu. Asesmen sumatif bertujuan untuk memastikan bahwa tujuan pembelajaran secara keseluruhan telah tercapai. Penilaian ini memberikan gambaran tentang pencapaian siswa pada akhir proses pembelajaran, dan hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan laporan hasil belajar.


Dengan memahami dan mengimplementasikan berbagai macam asesmen dalam pembelajaran kurikulum merdeka, pendidik dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih inklusif dan berfokus pada perkembangan keseluruhan siswa. Asesmen diagnostik, formatif, dan sumatif membantu memastikan bahwa pendidik dapat mengakomodasi keberagaman siswa dan memberikan pembelajaran yang efektif sesuai dengan kebutuhan individual mereka.
Penugasan Terstruktur dan Tidak Terstruktur dalam Pembelajaran

Penugasan Terstruktur dan Tidak Terstruktur dalam Pembelajaran

Penugasan Terstruktur dan Tidak Terstruktur dalam Pembelajaran


Pengajaran di sekolah mencakup tiga kegiatan penting dalam implementasi kurikulum, yaitu kegiatan tatap muka, kegiatan penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Mari kita bahas konsep-konsep ini lebih lanjut:

Penugasan Terstruktur dan Tidak Terstruktur dalam Pembelajaran


Kegiatan Tatap Muka (TT)

  • Kegiatan tatap muka merupakan interaksi antara peserta didik, materi pembelajaran, guru, dan lingkungan sekitar. Kegiatan ini dijalankan minimal 24 jam pelajaran dan maksimal 40 jam dalam satu minggu.
  • Jumlah jam pelajaran yang dipenuhi oleh seorang guru dalam satu minggu akan mempengaruhi kelayakan menerima tunjangan profesi guru. Jika jumlahnya mencapai atau melebihi 24 jam per minggu, guru berhak menerima tunjangan, namun jika kurang dari 24 jam, guru harus melengkapi dengan kegiatan lain seperti ekstrakurikuler, piket, atau mengikuti kegiatan MGMP, sebagaimana diatur dalam Permendikbud nomor 15 tahun 2018.

Penugasan Terstruktur (PT)

  • Penugasan terstruktur adalah tugas yang dirancang oleh guru untuk membantu peserta didik dalam memahami dan mendalami materi pembelajaran guna mencapai tingkat kompetensi dan keterampilan tertentu.
  • Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh guru, dan biasanya tugas tersebut dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Peserta didik diharapkan menyelesaikan tugas sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan guru, dan jika terdapat kesulitan, guru dapat memberikan bimbingan atau perbaikan.

Contoh penugasan terstruktur meliputi pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, kegiatan perbaikan, kegiatan pengayaan, dan kegiatan percepatan.


Penugasan Tidak Terstruktur / Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur (KMTT)

Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah tugas pembelajaran yang dirancang oleh guru untuk mendukung pencapaian kompetensi atau lintas mata pelajaran. Peserta didik memiliki kebebasan dalam menentukan waktu penyelesaian tugas ini.
Biasanya, waktu untuk mengerjakan tugas mandiri tidak terstruktur lebih lama dibandingkan dengan tugas terstruktur, misalnya dua minggu, satu bulan, atau bahkan satu semester. Tugas ini sering bersifat proyek dan dapat diselesaikan secara individu atau dalam kelompok.

Tugas tidak terstruktur ini memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bekerja dalam tim, berkreasi, dan meningkatkan kepercayaan diri.

Contoh penugasan tidak terstruktur:

  • Guru IPS meminta peserta didik untuk mengamati peninggalan sejarah terdekat dan membuat laporan.
  • Guru IPA memberikan tugas peserta didik untuk mengumpulkan dan mengelompokkan nama-nama tumbuhan di sekitar rumah berdasarkan tumbuhan dikotil dan monokotil, lalu membuat laporan.
  • Guru Bahasa memberi tugas peserta didik untuk membuat esai tentang karya sastra atau menulis artikel dengan topik tertentu.

Cara Menghitung Alokasi Waktu untuk Penugasan Terstruktur dan Tidak Terstruktur:

  • Pahami aturan dalam kurikulum yang mengatur penugasan terstruktur dan tidak terstruktur.
  • Untuk jenjang SD, alokasi waktu untuk PT dan KMTT adalah 40% dari waktu tatap muka. Sedangkan untuk jenjang SMP/MTs, alokasi waktu untuk PT dan KMTT adalah 50% dari waktu tatap muka, dan untuk jenjang SMA/SMK, alokasi waktu untuk PT dan KMTT adalah 60% dari waktu tatap muka.
  • Setiap KD (Kompetensi Dasar) harus memiliki penugasan terstruktur atau tidak terstruktur, tergantung pada tuntutan KD tersebut. Jika tuntutan KD lebih berfokus pada pengetahuan atau keterampilan abstrak, maka lebih tepat diberikan penugasan terstruktur. Namun, jika tuntutan KD melibatkan keterampilan abstrak dan konkret secara seimbang, maka penugasan tidak terstruktur lebih sesuai.
  • Jika Anda membutuhkan format program terstruktur dan tidak terstruktur, serta contoh-contoh program tersebut, Anda dapat mengunduhnya melalui tautan yang disediakan.

Dengan melibatkan kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan penugasan tidak terstruktur, pembelajaran diharapkan lebih efektif dalam meningkatkan kompetensi peserta didik dan mengembangkan kreativitas serta kemampuan kerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Perbedaan Intrakurikuler, Ekstrakurikuler, dan Kokurikuler

Perbedaan Intrakurikuler, Ekstrakurikuler, dan Kokurikuler

Perbedaan Intrakurikuler, Ekstrakurikuler, dan Kokurikuler


Dalam dunia pendidikan, terdapat tiga jenis kegiatan yang mendukung proses pembelajaran siswa di sekolah, yaitu intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kokurikuler. Ketiga jenis kegiatan ini memiliki peran dan tujuan yang berbeda-beda dalam mencapai tujuan pendidikan yang lebih holistik. Mari kita bahas perbedaan dari ketiga jenis kegiatan ini:

Perbedaan Intrakurikuler, Ekstrakurikuler, dan Kokurikuler


A. Intrakurikuler


Intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran atau belajar mengajar yang berlangsung sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kegiatan intrakurikuler merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah, dilaksanakan dengan jadwal dan struktur yang terorganisir dengan baik. Aktivitas belajar mengajar di dalam kelas merupakan contoh utama dari kegiatan intrakurikuler.

Kegiatan intrakurikuler dilengkapi dengan kokurikuler dan ekstrakurikuler sebagai bagian dari program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di sekolah. PPK difokuskan pada nilai-nilai utama seperti nasionalis, religius, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Contoh implementasi PPK adalah membuat jadwal piket membersihkan kelas.

B. Ekstrakurikuler


Ekstrakurikuler adalah kegiatan non-pelajaran formal yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan minat, bakat, kepribadian, dan kemampuan siswa dalam berbagai bidang di luar bidang akademik. Setiap jenjang pendidikan menyediakan kegiatan ekstrakurikuler yang beragam.

Ekstrakurikuler berperan sebagai wadah bagi siswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya selama di sekolah. Kegiatan ini mencakup bidang seni, olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi, iman dan taqwa, dan lainnya. Ekstrakurikuler dilaksanakan di luar jam belajar dan di bawah bimbingan guru pembimbing yang bertanggung jawab.

C. Kokurikuler


Kokurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan melalui penugasan terstruktur terkait satu atau lebih muatan atau mata pelajaran di dalam kurikulum. Tujuan dari kegiatan kokurikuler adalah untuk lebih memahami materi pengajaran yang telah dipelajari pada kegiatan intrakurikuler di kelas. Kegiatan ini berfungsi sebagai pendukung pembelajaran dalam konteks tertentu.

Kegiatan kokurikuler bertujuan untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dengan menghadirkan pengalaman nyata yang relevan. Contohnya adalah kunjungan ke museum untuk mendukung materi pelajaran sejarah atau kebun bunga untuk memperkuat pemahaman tentang biologi.

Kesimpulan


Perbedaan ketiga jenis kegiatan ini dapat dirangkum sebagai berikut:

  • Intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran atau belajar mengajar yang berlangsung sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Ini merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah.
  • Ekstrakurikuler adalah kegiatan non-pelajaran formal yang dilakukan oleh siswa di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan minat, bakat, dan kepribadian siswa.
  • Kokurikuler adalah kegiatan yang mendukung pembelajaran di dalam kurikulum dengan pendekatan terstruktur dan terkait langsung dengan materi pengajaran di kelas.

Ketiga jenis kegiatan ini memiliki peran yang penting dalam menciptakan pengalaman belajar yang holistik dan mendukung perkembangan siswa secara keseluruhan. Melalui pendekatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kokurikuler, pendidikan dapat menciptakan siswa yang berdaya saing, kreatif, dan memiliki karakter yang baik.
ASIK: Strategi Meningkatkan Budaya Positif dan Keterlibatan Murid melalui Keyakinan Kelas

ASIK: Strategi Meningkatkan Budaya Positif dan Keterlibatan Murid melalui Keyakinan Kelas

Contoh Penerapan Keyakinan Kelas

ASIK: Strategi Meningkatkan Budaya Positif dan Keterlibatan Murid melalui Keyakinan Kelas


Budaya positif di lingkungan sekolah merupakan fondasi penting dalam menciptakan atmosfer belajar yang harmonis dan produktif. Dengan memfokuskan pada nilai-nilai Akhlak Mulia, Siap Kerja, Inovatif, dan Kompeten (ASIK), keyakinan kelas menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan partisipasi dan keterlibatan Murid. Dalam esai ini, kami akan menjelaskan strategi-strategi yang dapat digunakan oleh para pendidik untuk meningkatkan budaya positif dan keterlibatan Murid melalui penerapan keyakinan kelas ASIK.


Memahami Konsep Keyakinan Kelas ASIK

Sebelum melangkah lebih jauh, penting bagi para guru untuk memahami konsep keyakinan kelas ASIK dengan baik. Akhlak Mulia mencakup nilai-nilai moral, etika, dan sopan santun yang berhubungan dengan perilaku positif. Siap Kerja menekankan pentingnya kesiapan Murid dalam menghadapi tantangan belajar dan persiapan untuk masa depan. Inovatif mencerminkan semangat eksplorasi, kreativitas, dan inisiatif dalam belajar. Terakhir, Kompeten mengacu pada kemampuan Murid untuk menguasai materi dan keterampilan yang relevan.


Membangun Kolaborasi dalam Membuat Keyakinan Kelas ASIK

Langkah pertama dalam meningkatkan budaya positif dan keterlibatan Murid adalah melibatkan mereka dalam proses pembuatan keyakinan kelas ASIK. Para guru harus menciptakan ruang kolaboratif untuk diskusi terbuka dan partisipasi aktif dari Murid. Ini bisa dilakukan melalui diskusi kelas, proyek kelompok, atau kegiatan brainstorming. Dalam proses ini, Murid akan merasa dihargai dan memiliki peran aktif dalam membentuk norma-norma kelas yang mereka sepakati bersama.


Penguatan Akhlak Mulia dalam Kehidupan Sehari-hari

Untuk menerapkan nilai Akhlak Mulia, guru harus mengintegrasikan nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari di kelas. Menggunakan contoh-contoh nyata, guru dapat membahas pentingnya sikap saling menghormati, empati, dan kejujuran. Selain itu, diharapkan guru menjadi contoh yang baik dalam perilaku dan sikap, sehingga Murid merasa terinspirasi untuk mengikuti jejak positif.


Membangun Kesiapan Siap Kerja melalui Proyek Keterampilan

Untuk meningkatkan nilai Siap Kerja, penting bagi guru untuk mengenalkan Murid pada proyek keterampilan yang relevan dan menantang. Proyek semacam ini dapat merangsang minat Murid dan meningkatkan motivasi belajar. Selain itu, melibatkan Murid dalam proyek keterampilan membantu mereka mengembangkan kerja tim, kreativitas, dan kemampuan problem-solving yang berguna dalam dunia nyata.


Mendorong Inovasi melalui Pembelajaran Kreatif

Dalam usaha mencapai nilai Inovatif, guru harus mendorong pembelajaran kreatif yang mengaktifkan imajinasi Murid. Penggunaan metode pembelajaran yang interaktif, seperti permainan peran, proyek seni, atau simulasi, dapat membangkitkan semangat eksplorasi dan penemuan Murid. Dengan mengajak Murid berpikir out-of-the-box, mereka akan merasa lebih bersemangat dan antusias dalam menghadapi materi pembelajaran.


Mengaktifkan Dukungan Sosial dalam Restitusi

Dalam menghadapi situasi sulit, seperti masalah atau konflik di kelas, penting bagi guru untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dengan mengaktifkan dukungan sosial. Melalui pendekatan restitusi dan lima posisi kontrol, guru harus membantu Murid untuk memperbaiki kesalahan mereka dan belajar dari pengalaman tersebut. Memahami perspektif Murid dan memberikan dukungan emosional dapat meningkatkan iklim kelas yang positif dan saling menghargai.


Mengimplementasikan keyakinan kelas ASIK adalah strategi yang efektif untuk meningkatkan budaya positif dan keterlibatan Murid di lingkungan sekolah. Melalui kolaborasi, penguatan nilai-nilai Akhlak Mulia, proyek keterampilan, pembelajaran kreatif, penilaian berbasis keterampilan, dan dukungan sosial dalam restitusi, para guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif dan memberdayakan Murid untuk menjadi individu yang berakhlak mulia, siap menghadapi tantangan, inovatif, dan kompeten. Dengan demikian, kita berkontribusi pada pembentukan generasi masa depan yang berkualitas dan berdaya saing dalam mewujudkan masyarakat yang lebih baik.


Membangun Keyakinan Kelas Bersama Murid

Implementasi dalam jenjang SMK

strategi ini sangatlah relevan dengan pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK memiliki fokus pada pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan dan persiapan murid untuk dunia kerja. Oleh karena itu, implementasi keyakinan kelas ASIK dapat memberikan dampak yang positif dalam membentuk murid yang berdaya saing dan siap untuk terjun ke dunia industri.


Di SMK, kolaborasi dalam pembuatan keyakinan kelas ASIK sangat relevan karena dapat melibatkan murid dalam merumuskan norma-norma kelas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan mereka. Kolaborasi ini juga dapat meningkatkan rasa memiliki murid terhadap kelasnya, sehingga mereka lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.


Penguatan nilai Akhlak Mulia dalam kehidupan sehari-hari di SMK juga memiliki signifikansi yang tinggi. Sebagai murid yang sedang mempersiapkan diri untuk bekerja, nilai-nilai etika dan moral sangatlah penting. Melalui penguatan Akhlak Mulia, murid dapat menjadi individu yang memiliki integritas tinggi, kedisiplinan, dan kemampuan berinteraksi dengan baik di dunia kerja.


Membangun kesiapan Siap Kerja melalui proyek keterampilan sangat relevan dengan tujuan SMK dalam memberikan pembelajaran yang berorientasi pada praktik dan keterampilan. Proyek keterampilan akan membantu murid mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan bidang kejuruan yang mereka pelajari, sehingga mereka lebih siap untuk berkarir di dunia kerja.


Selain itu, strategi mengaktifkan inovasi dalam pembelajaran kreatif juga memiliki peran penting dalam SMK. Melalui pembelajaran kreatif, murid dapat berlatih berpikir kritis, menghadapi tantangan, dan mencari solusi inovatif dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. Ini akan membantu mereka menjadi murid yang kreatif, adaptif, dan siap menghadapi perubahan di dunia kerja yang terus berkembang.


Penilaian berbasis keterampilan juga sangat relevan dengan pembelajaran di SMK, mengingat fokus pada penguasaan keterampilan dan kemampuan praktis. Melalui penilaian berbasis keterampilan, guru dapat lebih akurat dalam mengukur kemampuan murid dan memberikan umpan balik yang berarti untuk perkembangan mereka.


Terakhir, dukungan sosial dalam restitusi sangat relevan dalam pembelajaran di SMK, terutama dalam menangani masalah dan konflik yang mungkin timbul di antara murid atau dengan guru. Dukungan sosial akan membantu menciptakan lingkungan kelas yang aman, terbuka, dan saling menghargai, sehingga murid merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar dan berkembang.


Dalam kesimpulannya, strategi meningkatkan budaya positif dan keterlibatan murid melalui keyakinan kelas ASIK sangat relevan dengan pembelajaran di SMK. Implementasi strategi ini akan membantu membentuk murid yang berakhlak mulia, siap kerja, inovatif, dan kompeten, yang siap berkontribusi dalam dunia kerja dan masyarakat. Dengan menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif dan mendukung, SMK dapat menjadi lembaga pendidikan yang berdaya saing dan memberikan kontribusi positif bagi masa depan generasi penerus.


Kisi-Kisi Tes TKD Rekrutmen Bersama BUMN 2023

Kisi-Kisi Tes TKD Rekrutmen Bersama BUMN 2023

Kisi-Kisi Tes TKD Rekrutmen Bersama BUMN 2023

Artikel ini memberikan gambaran tentang kisi-kisi tes TKD (Tes Kompetensi Dasar) yang akan digunakan dalam proses rekrutmen bersama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 2023. Tes TKD merupakan tahap awal dalam seleksi calon karyawan BUMN, di mana calon karyawan diuji untuk mengukur kemampuan dasar yang relevan dengan pekerjaan yang akan dilakukan.


Artikel ini membahas berbagai aspek penting yang menjadi fokus dalam tes TKD BUMN. Pertama, artikel menjelaskan komponen-komponen utama yang biasanya ada dalam tes TKD, seperti tes verbal, tes numerik, dan tes logika. Dalam tes verbal, calon karyawan diuji untuk memahami dan menganalisis teks tertulis. Tes numerik menilai kemampuan calon karyawan dalam memahami dan menggunakan data numerik. Sementara itu, tes logika mengevaluasi kemampuan pemecahan masalah dan penalaran logis calon karyawan.


Selain itu, artikel ini memberikan informasi tentang bobot atau persentase nilai yang diberikan kepada masing-masing komponen tes TKD. Hal ini membantu calon karyawan untuk mempersiapkan diri secara efektif dengan memberikan perhatian yang tepat pada setiap komponen tes.


Artikel ini juga mengulas beberapa contoh soal yang mungkin muncul dalam tes TKD BUMN. Contoh soal tersebut mencakup berbagai tingkat kesulitan dan mencerminkan jenis pertanyaan yang sering ditanyakan dalam tes TKD. Hal ini membantu calon karyawan untuk memahami jenis pertanyaan yang mungkin mereka hadapi dan melatih kemampuan mereka sebelum mengikuti tes sebenarnya.


Pendaftaran Rekrutmen Bersama BUMN telah resmi dibuka pada tanggal 11 Mei 2023. Menyusul hal tersebut, tidak sedikit kemudian yang mencari kisi-kisi tes rekrutmen BUMN, sebagai salah satu langkah persiapan yang dilakukan untuk memperbesar kesempatan lolos.


Tes akan dilakukan pada Anda yang lolos tahap administrasi, dan dilaksanakan dalam beberapa bentuk. Pertama adalah tes TKD, dan tes AKHLAK BUMN 2023. tes ini akan dilaksanakan pada 10 hingga 19 juni 2023, dan diumumkan hasilnya pada tanggal 28 Juni 2023.


Kisi-Kisi Tes Rekrutmen BUMN


Dilansir dari berbagai sumber, berikut kisi-kisi soal TKD yang sering digunakan pada tes sebelumnya.


1. Melipat kertas sesuai dengan soal dan menghasilkan lipatan yang benar

2. Melengkapi pola dalam satu kotak

3. Konstruksi bentuk yang dimana Anda akan memilih lima bentuk, dan jika disatukan menjadi persegi

4. Menentukan dan memilih penempatan titik yang sama dan tidak beririsan dengan segi empat atau segi tiga

5. Kubus atau dadu, dan Anda diminta memilih kotak kemungkinan

6. Memotong kertas dari Z dan Y, kemudian digabungkan dari analogi dan logika figural

7. Analisis gambar disertai soal

8. Deret gambar untuk membentuk pola yang bersebelahan atau bergabungan

9. Diagram logika

10. Pengelompokan gambar

11. Mencari sinonim kata

12. Mencari antonim kata

13. Analogi dari beberapa  kata yang disediakan

14. Tes bahasa buatan dengan kata yang disediakan

15. Logika deduksi dengan silogisme

16. Ketelitian verbal untuk melihat kesamaan atau perbedaan dari beberapa kata

17. Aritmatika

18. Aljabar

19. Deret angka

20. Geometri

21. Statistika

22. Penalaran analitis figural

23. Raven’s Standard Progressive Matrice

24. Analogi Figural

25. Logika analitik

26. Ganjil genap

27. Kecermatan untuk mencari pasangan

28. Selisih huruf yang dihitung dari tengah

29. Pantulan cermin

30. Pantulan air

31. Diagram Venn, diminta untuk menghitung dan membutuhkan trik khusus

32. Klerikal

33. Ketelitian angka

34. Klasifikasi figural

35. Gambar tersemat dan disesuaikan dengan pilihan ganda dan soalnya


Selain kisi-kisi di atas, ada beberapa macam tes lain yang bisa disajikan dengan kombinasi yang berbeda. Tentu kisi-kisi ini tidak dapat dipastikan seluruhnya keluar, dengan urutan demikian.


Kombinasi dan variasi soal dipastikan akan muncul, namun jenis dan pola soal yang muncul bisa disajikan dalam bentuk-bentuk tersebut.

Terakhir, artikel ini memberikan saran praktis kepada calon karyawan untuk mempersiapkan diri dengan baik untuk tes TKD BUMN. Saran ini termasuk melakukan latihan soal secara berkala, memperdalam pemahaman materi, dan memanfaatkan sumber daya tambahan seperti buku dan materi online yang relevan.


Dengan membaca artikel ini, calon karyawan BUMN mendapatkan gambaran yang jelas tentang kisi-kisi tes TKD rekrutmen bersama BUMN pada tahun 2023. Mereka dapat menggunakan informasi ini sebagai panduan untuk mempersiapkan diri dengan baik dan meningkatkan peluang mereka dalam proses seleksi rekrutmen bersama BUMN yang kompetitif.


 Amazing Facts About Cuttlefish: The Masters of Camouflage

Amazing Facts About Cuttlefish: The Masters of Camouflage

Amazing Facts About Cuttlefish: The Masters of Camouflage


Cuttlefish are fascinating creatures that live in the ocean and belong to the same family as squids and octopuses. These creatures are known for their incredible ability to change color and texture to match their surroundings, making them the ultimate masters of camouflage. In this video, we'll explore 15 amazing facts about cuttlefish that make them truly unique and captivating creatures.



Cuttlefish can change color and texture in an instant, allowing them to blend seamlessly into their environment. They have specialized skin cells called chromatophores that expand and contract to produce a wide range of colors and patterns.


Cuttlefish use chromatophores to change the color and pattern of their skin. These cells contain pigments that can be moved and arranged in different ways to create different colors and patterns. The cuttlefish can control the size and shape of these cells to create complex and intricate designs on their skin.


Cuttlefish have three hearts that pump blue-green blood, which is rich in copper-based molecules that help carry oxygen throughout their bodies.


Cuttlefish have three hearts, which are located in different parts of their body. Two of these hearts pump blood to the cuttlefish's gills, where it picks up oxygen, while the third heart pumps the oxygen-rich blood to the rest of the body. The blood of the cuttlefish is blue-green in color because it contains a copper-based molecule called hemocyanin, which helps carry oxygen.


Cuttlefish have an incredible ability to mimic the appearance and movement of other animals, such as fish and crabs, to deceive predators and prey alike.


Cuttlefish can change their skin color and texture to mimic the appearance and movement of other animals, such as fish and crabs. This helps them blend in with their environment and avoid detection by predators. Cuttlefish can also use this ability to attract prey by mimicking the appearance of small fish or other desirable food sources.


Cuttlefish are masters of hovering in place, thanks to their unique ability to regulate their buoyancy using a gas-filled chamber in their bodies called the cuttlebone.


Cuttlefish use a gas-filled chamber in their bodies called the cuttlebone to control their buoyancy. They can adjust the amount of gas in the cuttlebone to either float on the surface of the water or sink to the bottom. This ability allows cuttlefish to hover in place and conserve energy while they search for prey.


Cuttlefish have an excellent sense of sight, thanks to their large, W-shaped pupils that allow them to see in all directions at once.


Cuttlefish have large, W-shaped pupils that allow them to see in all directions at once. They also have very large eyes that are capable of detecting both color and polarization, which is the orientation of light waves. This allows cuttlefish to see their surroundings in great detail and detect even the slightest movements of their prey.


Cuttlefish have two tentacles that are equipped with small, suction cup-like structures called papillae, which they use to grasp onto prey.


Cuttlefish have two long tentacles that are used for capturing prey. These tentacles are equipped with small, suction cup-like structures called papillae, which can grip onto prey and hold it in place. Cuttlefish can use these tentacles to quickly grab prey and bring it towards their beak for consumption.


Cuttlefish are incredibly intelligent and have been shown to exhibit problem-solving skills and even have the ability to learn through observation.


Cuttlefish are considered to be one of the most intelligent invertebrates in the ocean. They have been shown to have problem-solving skills and can learn through observation. Cuttlefish can also use tools to help them obtain food, such as using their tentacles to dig up clams from the ocean floor.


Cuttlefish are social animals and can often be found swimming in schools or groups.


Cuttlefish are social animals and can often be found swimming in schools or groups. They use their ability to change color and pattern to communicate with each other and coordinate their movements. Cuttlefish can also use their camouflage abilities to hide within the school and avoid detection by predators.


Cuttlefish have an incredible memory and can remember complex mazes and patterns for several months.


Cuttlefish have an incredible memory and have been shown to remember complex mazes and patterns for several months. This ability helps them navigate their environment and remember the location of food sources and potential predators.


Cuttlefish have a unique mating ritual that involves changing their skin color and pattern to attract a mate.


During mating season, male cuttlefish will change their skin color and pattern to attract a female mate. They will display a variety of intricate patterns and colors to try and impress the female. If successful, the male will then transfer a packet of sperm to the female's body using a specialized arm called a hectocotylus.


Cuttlefish have a unique defense mechanism where they release ink into the water to confuse predators and allow them to escape.


If a cuttlefish feels threatened, it can release a cloud of ink into the water to confuse predators and allow it to escape. This ink cloud is produced by a special gland in the cuttlefish's body and can be used as a distraction while the cuttlefish makes its getaway.


Cuttlefish have an unusual feeding behavior where they use their tongue-like radula to tear apart their food before consuming it.


Cuttlefish have a unique feeding behavior where they use their tongue-like radula to tear apart their food before consuming it. The radula is a small, ribbon-like structure that is covered in small, tooth-like structures. Cuttlefish can use the radula to break apart their food, such as crabs or small fish, before swallowing it whole.


Cuttlefish can produce up to 12 different skin textures and patterns, allowing them to create intricate and detailed designs.


Cuttlefish have the ability to produce up to 12 different skin textures and patterns. These patterns can be used for communication, camouflage, and attracting a mate. Cuttlefish can also create complex and intricate designs on their skin, such as stripes, spots, and waves.


Cuttlefish have been used in scientific research to study human vision and color perception.


Cuttlefish have been used in scientific research to study human vision and color perception. Researchers have found that cuttlefish have a similar range of color vision as humans and can even discriminate between different shades of the same color.


Cuttlefish have a short lifespan, with most species living only 1-2 years in the wild.


Cuttlefish have a relatively short lifespan, with most species living only 1-2 years in the wild. However, during their short lives, they are able to accomplish a great deal, including learning, problem-solving, and reproducing. Cuttlefish are also important members of their ecosystems and play a crucial role in maintaining the balance of marine life.


In conclusion, cuttlefish are truly amazing creatures that continue to fascinate scientists and marine enthusiasts alike. With their incredible camouflage abilities, intelligence, and unique behaviors, cuttlefish are truly the masters of the ocean. We hope you enjoyed learning about these 15 amazing facts about cuttlefish and gained a greater appreciation for these remarkable creatures. Thanks for watching!

How Lobsters Move and Behave Will Shock You: Discover the Fascinating World of These Underwater Creatures!

How Lobsters Move and Behave Will Shock You: Discover the Fascinating World of These Underwater Creatures!

How Lobsters Move and Behave Will Shock You: Discover the Fascinating World of These Underwater Creatures!


Welcome to our video, where we explore the amazing world of lobsters and their surprising movement and behavior.



Many people think of lobsters as nothing more than a tasty seafood delicacy, but these creatures are much more than just a meal. Lobsters are fascinating animals that have a complex and intriguing way of moving and interacting with their environment.


Get ready to be surprised by these 15 amazing facts about these underwater creatures!


Fact #1: Lobsters are crustaceans that belong to the same family as crabs, shrimp, and crayfish.


Lobsters are part of the phylum Arthropoda, which includes animals with jointed legs and hard exoskeletons. They are also members of the order Decapoda, which means "ten-footed" in Greek, referring to their ten legs. Lobsters are closely related to other popular seafood creatures such as crabs, shrimp, and crayfish.


Fact #2: Lobsters have a hard exoskeleton, or outer shell, that protects their body and can grow up to 3 feet long.


The hard exoskeleton of a lobster is made of chitin, a tough, semi-transparent material that provides protection for the lobster's body. As the lobster grows, it must shed its exoskeleton and create a new, larger one. This process is called molting and can occur several times a year. Some lobsters can grow up to 3 feet long and weigh over 40 pounds!


Fact #3: Lobsters use their strong legs to walk along the ocean floor and can move up to 11 miles per hour in short bursts.


Lobsters have ten legs, with the first pair being their large, powerful claws. They use their other legs to walk along the ocean floor and can move with incredible speed and agility, even in the midst of strong currents. In fact, lobsters can move up to 11 miles per hour in short bursts!


Fact #4: Lobsters also have a powerful tail that they use to swim through the water when they need to move quickly.


In addition to their legs, lobsters have a powerful tail that they use to swim through the water when they need to move quickly. They use a flipping motion of their tail to propel themselves forward, and can swim up to 5 miles per hour.


Fact #5: Lobsters have two different types of claws: a large one that they use to crush their food, and a smaller one that they use to pick up objects and defend themselves.


Lobsters have two different types of claws, with one being much larger than the other. The large claw is called the crusher claw and is used to crush the lobster's food, while the smaller claw is called the pincer or cutter claw and is used to pick up objects and defend the lobster from predators.


Fact #6: Lobsters have an incredible sense of touch thanks to their sensitive antennae, which allow them to navigate their surroundings and locate food.


Lobsters have two long, thin antennae that are highly sensitive to touch and allow them to feel their way through their environment. They use their antennae to locate food, sense the movement of other animals in the water, and communicate with other lobsters.


Fact #7: Lobsters can see, but their vision is limited and they rely more on their sense of smell to locate prey.


Lobsters have small, simple eyes that are mainly used to detect movement and light. They can't see in the same way that humans do, but they can detect different colors and shapes. Instead, lobsters rely more on their sense of smell to locate prey, which is why baited traps are often used to catch them.


Fact #8: Lobsters have a complex social structure and live in hierarchical communities where each individual has a specific role to play.


Lobsters have a complex social structure and live in communities where each individual has a specific role to play. The dominant lobster, or "alpha," has access to the best resources and mates with the most desirable females. Other lobsters in the group have their own hierarchy, with some serving as guards or assistants to the alpha. This social structure helps ensure the survival of the group as a whole.


Fact #9: Lobsters have a unique way of communicating with each other through a series of clicks and snaps.


Lobsters use their antennae and legs to produce a series of clicks and snaps that allow them to communicate with each other. They can use these sounds to warn others of danger, attract mates, and establish dominance within their social group.


Fact #10: Lobsters are scavengers and will eat just about anything, including dead fish, crabs, and even other lobsters.


Lobsters are opportunistic feeders and will eat just about anything they can find on the ocean floor. They are known to scavenge for dead fish and crabs, as well as feed on live animals such as clams, mussels, and even other lobsters.


Fact #11: Lobsters have a long lifespan, with some individuals living to be over 100 years old.


Lobsters have a remarkably long lifespan compared to other invertebrates, with some individuals living to be over 100 years old. Their slow growth rate and low mortality rate contribute to their longevity.


Fact #12: Lobsters have been used as a symbol of luxury and wealth for centuries.


Lobsters have long been considered a luxury food item and were once so abundant in the Northeastern United States that they were considered a poor man's food. Today, they are associated with wealth and luxury, often appearing on high-end restaurant menus and in expensive seafood markets.


Fact #13: Lobsters can regenerate lost limbs, claws, and antennae.


Lobsters have the ability to regenerate lost limbs, claws, and antennae, a unique adaptation that helps them survive in the harsh underwater environment. The process of regeneration can take several molting cycles, but once the new appendage has grown, it functions just as well as the original.


Fact #14: Lobsters are not just found in the ocean, but can also be found in freshwater lakes and streams.


While most lobsters are found in saltwater environments, there are several species that can be found in freshwater lakes and streams. These freshwater lobsters are often smaller than their ocean-dwelling counterparts but still possess many of the same adaptations that allow them to survive in their environment.


Fact #15: Lobsters play an important role in the ecosystem by helping to control populations of other animals, such as crabs and clams.


Lobsters are an important part of the ocean ecosystem, playing a crucial role in controlling the populations of other animals such as crabs and clams. By feeding on these animals, lobsters help to prevent overpopulation, which can have negative effects on the ecosystem as a whole.


So the next time you see a lobster on your plate or in a tank, remember that these creatures are much more than just a tasty treat. They are complex and fascinating animals with a unique way of moving and interacting with their environment. We hope you enjoyed learning about the world of lobsters - thanks for watching!

Shocking Facts About Electric Eels That Will Leave You Amped Up!

Shocking Facts About Electric Eels That Will Leave You Amped Up!

Shocking Facts About Electric Eels That Will Leave You Amped Up!



Electric eels are fascinating creatures that have been captivating scientists and nature lovers for years. These amazing creatures are found in the Amazon and Orinoco basins of South America, and they are capable of producing electric shocks that can stun and even kill their prey. In this video, we will explore 20 shocking facts about electric eels that will leave you amped up!


Electric eels are not true eels. They are actually a type of fish known as a knifefish, and they belong to the order Gymnotiformes.


Electric eels are commonly mistaken as true eels, but they are actually a type of fish that are more closely related to catfish and carp. They have elongated bodies that resemble eels and lack scales, but they have a distinct flattened head and tail region that sets them apart from other fish. They are also capable of producing electric shocks that true eels are not capable of.


Electric eels can grow up to 8 feet in length and weigh up to 44 pounds. That's longer than the average height of an adult human!


Electric eels are one of the largest freshwater fish in the world, and they can grow to be quite massive. The average size of an electric eel is around 6 feet, but they can grow up to 8 feet in length in some cases. They are also capable of weighing up to 44 pounds, making them one of the heaviest fish in the Amazon basin.


Electric eels can jump out of the water to escape predators or to catch prey. They can also use their electric shock to stun their prey before swallowing it whole.


Electric eels are capable of jumping out of the water to escape predators or to catch prey. They can also use their electric shock to stun their prey before swallowing it whole. This unique behavior allows them to catch prey that would otherwise be out of reach, and it also helps them to avoid predators that may be lurking in the water.


Electric eels are capable of generating electric shocks of up to 600 volts, which is enough to stun a human. These shocks are used for defense, communication, and hunting.


Electric eels are one of the few animals in the world that are capable of generating electric shocks of such high voltage. These shocks can be used for defense, communication, and hunting, and they are powerful enough to stun or even kill small animals. A shock from an electric eel can also be quite painful to humans, but it is generally not lethal.


Electric eels have poor eyesight, so they rely on their electric sense to navigate and locate their prey. They emit a series of low-voltage pulses that bounce off objects and return to the eel, allowing it to create a mental image of its surroundings.


Electric eels have very poor eyesight and are largely dependent on their electric sense to navigate and locate their prey. They emit a series of low-voltage pulses that bounce off objects and return to the eel, allowing it to create a mental image of its surroundings. This unique ability allows them to hunt in the dark and murky waters of the Amazon basin, where visibility is limited.


Electric eels are solitary creatures that are usually found swimming alone. However, they are known to gather in groups during the breeding season.


Electric eels are solitary creatures that spend most of their time swimming alone. However, during the breeding season, which usually takes place between January and April, they are known to gather in groups to mate. These groups can consist of up to 10 individuals, and the males will often engage in aggressive displays to attract females.


Electric eels can generate electricity even when they are out of the water. They have specialized organs called electrocytes that allow them to generate electric shocks.


Electric eels are capable of generating electricity even when they are out of the water. This is because they have specialized organs called electrocytes that are responsible for generating electric shocks. These electrocytes are made up of muscle-like cells that can contract and produce an electric current. When these electrocytes are activated, they can produce a powerful electric shock that is used for defense or hunting.


Electric eels are apex predators and have no natural enemies. However, they can fall prey to larger predators such as caimans and anacondas.


Electric eels are apex predators, which means they have no natural enemies in their ecosystem. They are at the top of the food chain and are capable of preying on a variety of animals including fish, amphibians, and even small mammals. However, they are not invincible and can fall prey to larger predators such as caimans and anacondas, which are capable of overpowering them.


Electric eels can survive for short periods of time out of the water. They can use their electric shocks to help them breathe by stunning the fish that they feed on.


Electric eels are adapted to living in water, but they are capable of surviving for short periods of time out of the water. They can use their electric shocks to help them breathe by stunning the fish that they feed on. This allows them to extract oxygen from the water that is trapped in the gills of the stunned fish.


Electric eels have a unique hunting strategy. They use a low-voltage shock to locate their prey and then follow it up with a high-voltage shock to stun or kill it.


Electric eels have a unique hunting strategy that involves using a low-voltage shock to locate their prey and then following it up with a high-voltage shock to stun or kill it. This allows them to conserve energy and ensure that they capture their prey with minimal effort.


Electric eels are not the only animals in the Amazon basin that are capable of generating electric shocks. Other electric fish such as the electric catfish and the electric ray can also produce electric shocks.


Electric eels are not the only animals in the Amazon basin that are capable of generating electric shocks. There are a variety of other electric fish in the region that can produce electric shocks including the electric catfish and the electric ray. However, electric eels are the most well-known of these electric fish due to their impressive size and powerful shocks.


Electric eels are capable of generating three different types of electric shocks: low voltage, high voltage, and volleys. Electric eels are capable of generating three different types of electric shocks: Low voltage shocks are used for communication and navigation, high voltage shocks are used for defense and hunting, and volleys are used to incapacitate prey.


Electric eels are capable of generating three different types of electric shocks. Low voltage shocks are used for communication and navigation, and are not harmful to other animals. High voltage shocks are used for defense and hunting, and can be powerful enough to stun or kill prey, or ward off potential predators. Volleys are a series of rapid electric shocks that are used to incapacitate prey, and can be delivered in quick succession to ensure that the prey remains stunned and immobilized.


Electric eels have poor eyesight, but they compensate for this with their highly developed sense of electroreception.


Electric eels have poor eyesight, but they compensate for this with their highly developed sense of electroreception. They use their electric sense to locate prey and navigate their environment, and can detect the electrical fields of other animals in the water. This allows them to hunt in complete darkness and navigate murky water with ease.


Electric eels have been known to attack humans, but these incidents are rare and usually occur when the eels feel threatened.


Electric eels have been known to attack humans, but these incidents are rare and usually occur when the eels feel threatened. Electric eel attacks on humans have been reported in the past, but they are not typically fatal. The shock from an electric eel can cause muscle spasms and paralysis, but the shock is usually not strong enough to cause permanent damage or death.


Electric eels are capable of generating shocks of up to 600 volts, which is enough to stun or kill their prey.


Electric eels are capable of generating electric shocks of up to 600 volts, which is enough to stun or kill their prey. This makes them one of the most powerful electric animals on the planet. The shock from an electric eel is strong enough to knock out small fish and can even be felt by humans if they come into contact with the eel.


Electric eels are capable of generating electricity continuously for up to two hours.


Electric eels are capable of generating electricity continuously for up to two hours. This is because they have a high density of electrocytes in their bodies, which allows them to produce electric shocks for extended periods of time. After generating a strong shock, electric eels need time to recharge their electrocytes before they can produce another shock.


Electric eels are not true eels, but are actually a type of fish called a knifefish.


Electric eels are not true eels, but are actually a type of fish called a knifefish. Despite their name, they are not related to true eels and are instead part of the order Gymnotiformes, which includes other electric fish such as the electric catfish and the electric ray.


Electric eels are capable of leaping out of the water to attack prey or escape predators.


Electric eels are capable of leaping out of the water to attack prey or escape predators. This behavior is known as electrolocation, and it allows electric eels to strike prey that may be hiding in shallow water or near the surface. It is also used as a defense mechanism to escape predators, as leaping out of the water disrupts the electrical field and makes it harder for predators to locate them.


Electric eels have been used in medical research to study the effects of electricity on the body.


Electric eels have been used in medical research to study the effects of electricity on the body. Researchers have studied the way electric eels generate and control electric shocks, and have used this knowledge to develop medical treatments for conditions such as heart disease and epilepsy. Electric eels have also been used in the development of electronic devices such as pacemakers and deep brain stimulators.


Electric eels are an important part of the ecosystem in the Amazon basin, and their survival is threatened by habitat loss and overfishing.


Electric eels are an important part of the ecosystem in the Amazon basin, and their survival is threatened by habitat loss and overfishing. Electric eels are apex predators in their environment, and their presence helps to regulate the populations of other species in the ecosystem. However, deforestation, dam construction, and overfishing are all threatening the survival of electric eels and other species in the Amazon basin.


So there you have it, 20 shocking facts about electric eels that will leave you amped up! From their amazing electric abilities to their important role in the ecosystem, electric eels are truly fascinating creatures. But as we've seen, they face many threats to their survival, and it's up to us to protect them and their habitat. We hope you enjoyed learning about electric eels, and we'll see you in the next video.


Download Aplikasi Rumus Konversi Nilai / Katrol Nilai di Excel

Download Aplikasi Rumus Konversi Nilai / Katrol Nilai di Excel

Download Aplikasi Rumus Konversi Nilai / Katrol Nilai di Excel

Dalam dunia akademis, sering kali kita dihadapkan dengan tugas-tugas yang memerlukan penghitungan nilai, seperti tugas, ujian, atau penilaian lainnya. Konversi nilai atau katrol nilai menjadi hal yang penting dalam menghitung nilai tersebut. Namun, melakukan konversi nilai secara manual dapat memakan waktu dan memerlukan ketelitian yang tinggi, terlebih jika terdapat banyak data yang perlu dihitung.


Untuk membantu mempermudah proses konversi nilai, Excel menjadi salah satu solusi yang paling sering digunakan. Dalam Excel, kita dapat menggunakan rumus-rumus yang sudah disediakan untuk menghitung konversi nilai dengan cepat dan akurat. Namun, jika Anda masih kesulitan dalam menggunakan rumus tersebut, kini telah tersedia aplikasi khusus yang dapat membantu Anda dalam menghitung konversi nilai di Excel.

Download Aplikasi Rumus Konversi Nilai / Katrol Nilai di Excel


Ulangan kenaikan kelas telah selesai dilaksanakan. Nilai hasil ulangan para siswa telah diurutkan rapi di daftar nilai setelah dilakukan koreksi. Semua siswa merasa senang dan ingin segera beristirahat. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi guru yang mendapati nilai-nilai ulangan siswa yang tidak sesuai dengan harapannya.


Tak bisa dipungkiri bahwa setiap akhir semester, para guru selalu dihadapkan dengan nilai hasil ulangan siswa yang tidak sesuai dengan harapan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa siswa yang mendapatkan nilai di bawah ambang nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM berguna sebagai standar nilai yang harus dicapai oleh siswa dalam menyelesaikan suatu materi pelajaran. Apabila siswa mendapatkan nilai di bawah KKM, maka siswa tersebut harus melakukan remedial agar dapat lulus. Namun terkadang, ada siswa yang tidak melaksanakan remedial, hasil remedial yang tidak maksimal, atau masih mendapatkan nilai di bawah ambang KKM.


Nilai siswa yang tidak kunjung mencapai KKM menyebabkan para guru harus berpikir keras. Biasanya, guru mensiasatinya dengan menambah dari sumber penilaian lain, seperti ulangan harian, tugas proyek, catatan siswa, dan sebagainya. Namun, terkadang hal tersebut masih belum cukup untuk menutupi nilai yang kurang.


Dalam mengatasi permasalahan ini, biasanya guru menggunakan cara terakhir yaitu melakukan rekayasa katrol nilai agar semua nilai hasil ulangan sesuai dengan KKM. Rekayasa katrol nilai berarti mengubah nilai hasil ulangan siswa dengan cara dinaikkan agar tidak ada nilai yang berada di bawah ambang KKM. Namun, masalahnya adalah katrol nilai yang dilakukan oleh guru masih bersifat manual dan subyektif. Guru masih menaikkan nilai satu per satu dan biasanya membeda-bedakan antar siswa. Hal tersebut kurang baik dan kurang adil bagi siswa. Sebenarnya, ada cara praktis untuk melakukan katrol nilai yang lebih obyektif dan adil bagi siswa, yaitu menggunakan rumus matematis katrol nilai. Rumusnya dapat dilihat di bawah ini.


Nilai Katrol = A + (B - C) / (D - C) x (E - A)


Keterangan:


A = Nilai terkecil yang diinginkan

B = Nilai yang akan dikatrol

C = Nilai terkecil dalam satu kelas

D = Nilai terbesar dalam satu kelas

E = Nilai terbesar yang diinginkan


Dengan menggunakan rumus ini, setiap nilai yang diperoleh siswa akan dinaikkan sesuai dengan nilai yang diperoleh di awal. Baik siswa yang mendapatkan nilai di bawah atau di atas KKM, semuanya akan dinaikkan, serta batas bawah dan batas atas penilaian dapat ditentukan oleh guru.


Menghitung konversi nilai atau katrol nilai memang tidak selalu mudah, namun dengan adanya aplikasi khusus untuk konversi nilai di Excel, proses tersebut dapat dilakukan dengan lebih cepat dan akurat. Aplikasi tersebut dapat membantu Anda menghemat waktu dan usaha dalam melakukan konversi nilai, serta menghindari kesalahan yang sering terjadi dalam penghitungan manual.


Jangan ragu untuk mencoba aplikasi rumus konversi nilai atau katrol nilai di Excel, dan rasakan sendiri kemudahan dan kecepatannya. Dengan aplikasi tersebut, Anda dapat dengan mudah menghitung nilai secara akurat dan efisien, sehingga dapat fokus pada hal-hal yang lebih penting dalam aktivitas akademis Anda.

Link Download Aplikasi Rumus Konversi Nilai / Katrol Nilai di Excel

Bila Anda seorang guru atau dosen, tentu sudah tidak asing lagi dengan masalah penghitungan nilai. Menghitung nilai secara manual tentu memakan waktu dan tidak efisien. Namun, dengan aplikasi Rumus Konversi Nilai atau Katrol Nilai di Excel, segalanya bisa menjadi lebih mudah dan cepat. Aplikasi ini dapat membantu Anda menghitung nilai secara akurat dan efisien, serta memberikan kemudahan dalam mengkonversi nilai dari satu skala ke skala yang lain. Bagi Anda yang ingin memperoleh aplikasi ini, berikut adalah informasi mengenai cara downloadnya.