Tampilkan postingan dengan label Kurikulum Merdeka. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kurikulum Merdeka. Tampilkan semua postingan
INSTRUMEN VALIDASI MODUL AJAR INTRAKURIKULER DAN MODUL AJAR KOKURIKULER (P5)

INSTRUMEN VALIDASI MODUL AJAR INTRAKURIKULER DAN MODUL AJAR KOKURIKULER (P5)

INSTRUMEN VALIDASI MODUL AJAR INTRAKURIKULER DAN MODUL AJAR KOKURIKULER (P5)

Validasi modul ajar intrakurikuler dan modul ajar kokurikuler (P5) adalah tahap penting dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif. Artikel ini akan mengulas dengan mendalam tentang penggunaan instrumen validasi dalam menilai dan memperbaiki modul ajar untuk pembelajaran intrakurikuler dan kokurikuler. Mari kita eksplorasi lebih lanjut tentang pentingnya Instrumen Validasi Modul Ajar dalam P5.

Kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam memvalidasi modul ajar yang dibuat oleh guru pada satuan pendidikannya masing-masing harus paham betul dengan paradigma pembelajaran pada kurikulum merdeka. Perangkat pembelajaran janganlah dijadikan sebagai syarat administrasi belaka dan sulit untuk diimlementasikan oleh guru dalam pembelajarannya. Jadi tidak masanya lagi perangkat pembelajaran dengan format yang kaku, seragam, dan terlalu menuntut kelengkapan komponennya. Hal ini sudah diatur dalam Permendikbudristek RI Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses. Karena dalam Permendikbudristek ini dinyatakan bahwa: Perencanaan pembelajaran disusun dalam bentuk dokumen perencanaan pembelajaran yang: fleksibel; jelas; dan sederhana Dalam instrument validasi ini pun tidak diatur tentang format dan komponen modul ajar. Tapi lebih kepada kontennya yang mendukung untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan konsep pembelajaran diferensiasi dan asesmen formatifnya. Di bawah ini dijabarkan sedikit tentang perencanaan pembelajaran dan pada bagian bawah ada tautan untuk mendownload Permendikbud serta Instrumennya. Semoga bermanfaat.

Pada Salinan Permendikbudristek RI Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses Pada PAUD, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Standar prosesnya meliputi: 1) Perencanaan Pembelajaran; 2) Pelaksanaan Pembelajaran; dan 3) Penilaian Proses Pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan aktivitas untuk merumuskan: 1) capaian pembelajaran yang menjadi tujuan belajar dari suatu unit pembelajaran; 2) cara untuk mencapai tujuan belajar; dan 3) cara menilai ketercapaian tujuan belajar.

Perencanaan pembelajaran dilakukan oleh pendidik. Perencanaan pembelajaran disusun dalam bentuk dokumen perencanaan pembelajaran yang: fleksibel; jelas; dan sederhana. Dokumen perencanaan pembelajaran yang fleksibel merupakan dokumen yang tidak terikat pada bentuk tertentu dan dapat disesuaikan dengan konteks pembelajaran. Dokumen perencanaan pembelajaran yang jelas merupakan dokumen yang mudah dipahami. Dokumen perencanaan pembelajaran yang sederhana merupakan dokumen yang berisi hal pokok dan penting sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran. Dokumen perencanaan pembelajaran paling sedikit memuat: 1) Tujuan pembelajaran; 2) Langkah atau kegiatan pembelajaran; dan 3) penilaian atau asesmen pembelajaran.

Rencana pembelajaran dirancang untuk memandu guru melaksanakan pembelajaran sehari-hari untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dengan demikian, rencana pembelajaran disusun berdasarkan alur tujuan pembelajaran yang digunakan pendidik sehingga bentuknya lebih rinci dibandingkan alur tujuan pembelajaran. Perlu diingatkan kembali bahwa alur tujuan pembelajaran tidak ditetapkan oleh pemerintah sehingga pendidik yang satu dapat menggunakan alur tujuan pembelajaran yang berbeda dengan pendidik lainnya meskipun mengajar peserta didik dalam fase yang sama. Oleh karena itu, rencana pembelajaran yang dibuat masing-masing pendidik pun dapat berbeda-beda, terlebih lagi karena rencana pembelajaran ini dirancang dengan memperhatikan berbagai faktor lainnya, termasuk faktor peserta didik yang berbeda, lingkungan sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, dan lain-lain.

Jadi Komponen RPP berdasarkan Permendikbudristek RI Nomor 16 Tahun 2022 Tentang Standar Proses Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah hanya terdiri dari tujuan pembelajaran; langkah atau kegiatan pembelajaran; dan penilaian atau asesmen pembelajaran.

Dibawah ini ada contoh intrumen validasi modul ajar atau RPP dan modul ajar proyek P5 sesuai dengan Kurikulum Merdeka.

Instrumen Validasi Modul Ajar/RPP



Instrumen Validasi Modul Ajar Proyek P5


Sebagai penutup, kita menyadari bahwa validasi modul ajar intrakurikuler dan modul ajar kokurikuler (P5) adalah langkah penting dalam memastikan kualitas materi pembelajaran. Dengan instrumen validasi yang tepat, kita dapat memperbaiki modul ajar dan menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih baik bagi siswa. Teruslah berfokus pada proses validasi untuk peningkatan kualitas pendidikan.
Kumpulan Materi Pemahaman AKM

Kumpulan Materi Pemahaman AKM

Kumpulan Materi Pemahaman AKM

Kumpulan Materi Pemahaman AKM 2023


Kumpulan Materi Pemahaman AKM – Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah penilaian dasar untuk menilai kemampuan yang harus dimiliki oleh semua siswa agar mereka dapat mengembangkan potensi mereka dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.


AKM mengukur dua kompetensi dasar, yaitu literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Kedua kompetensi ini mencakup kemampuan berpikir logis-sistematis dalam pemahaman konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari, serta kemampuan dalam mengklasifikasi dan mengolah informasi.


Dalam AKM, siswa akan dihadapkan pada berbagai situasi kontekstual yang diharapkan mereka dapat selesaikan dengan kemampuan literasi membaca dan numerasi yang mereka miliki.


Tujuan AKM adalah untuk mengevaluasi kompetensi siswa secara menyeluruh, bukan hanya sebatas penguasaan materi pelajaran.


Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merenungkan berbagai jenis teks tertulis. Kemampuan ini bertujuan untuk mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia serta untuk berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.


Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari dalam berbagai konteks yang relevan bagi individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.


Pemetaan mutu pendidikan mencakup semua tingkat pendidikan, melibatkan Kepala Sekolah, Guru, dan siswa. Proses asesmen melibatkan siswa sebagai sampel dari berbagai sekolah untuk melaksanakan asesmen Literasi dan Numerasi, serta survei karakter dan survei lingkungan belajar.


Pelaksanaan asesmen menggunakan sistem berbasis komputer, bisa dalam bentuk online penuh atau semi online.


Kumpulan Materi Pemahaman AKM

  1. Pertama Materi Seri AKM
  2. Kedua Materi Kelas AKM
  3. Ketiga Pedoman Pelaksanaan AN
  4. Keempat Pemanfaatan Situs ANBK
  5. Kelima Panduan Aplikasi ANBK 2021
  6. Keenam Panduan Aplikasi ANBK 2021
  7. Ketujuh Penyajian Asesmen Nasional

--- Download Disini! Kumpulan Materi Pemahaman AKM ---

Mengenalkan Literasi dalam AKM Kepada Peserta Didik

Mengenalkan Literasi dalam AKM Kepada Peserta Didik

Mengenalkan Literasi dalam AKM Kepada Peserta Didik

Mengenalkan Literasi dalam AKM (Aktivitas Kegiatan Mengajar) kepada peserta didik adalah langkah penting dalam mendukung perkembangan pengetahuan dan keterampilan mereka. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang strategi dan manfaat mengenalkan literasi dalam AKM, serta bagaimana hal ini dapat memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Mari kita jelajahi lebih lanjut pentingnya Mengenalkan Literasi dalam AKM.

Mengenalkan Literasi dalam AKM Kepada Peserta Didik


Mengenalkan Literasi dalam AKM Kepada Peserta Didik


Upaya untuk memperbaiki tingkat literasi melalui asesmen dan pembelajaran termasuk dalam program peningkatan literasi di satuan pendidikan. Bagian dari program ini adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan literasi kepada peserta didik dalam konteks AKM (Asesmen Kompetensi Minimum). Berikut ini adalah berbagai langkah yang dapat diambil agar peserta didik dapat memahami literasi dan berhasil menjawab soal literasi dalam AKM.

Menemukan Informasi dalam Teks

Untuk membantu siswa menemukan informasi dalam teks, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan:
  • Pertimbangkan kemampuan membaca siswa dan berikan dukungan tambahan kepada mereka yang memiliki tingkat keterampilan membaca yang rendah.
  • Pahami tingkat kosakata siswa, karena mungkin siswa memiliki kosakata terbatas akibat penggunaan bahasa ibu atau bahasa daerah yang berbeda dari bahasa dalam teks. Guru dapat menyediakan bahan bacaan dalam bahasa ibu sebagai bahan referensi.
  • Mendorong siswa untuk menandai atau menuliskan kata kunci dalam teks untuk membantu pemahaman mereka.

Memahami Isi Teks

Agar siswa dapat memahami isi teks dengan baik, ada beberapa langkah yang dapat diambil:
  • Jika siswa mengalami kesulitan dalam memahami atau menginterpretasi teks, guru dapat mengajukan pertanyaan terkait materi atau teks yang akan dibaca.
  • Siswa dapat diminta untuk menuliskan pemahaman mereka tentang isi teks dan kemudian mendiskusikannya dengan siswa lain.
  • Guru dapat membantu siswa mengaitkan pemahaman mereka dengan situasi kehidupan sehari-hari.

Kontribusi Guru Mata Pelajaran

Semua guru mata pelajaran memiliki peran dalam meningkatkan literasi siswa:
Guru mata pelajaran non-bahasa dapat menggunakan buku non-teks dalam pembelajaran, memperkenalkan siswa pada teks multimoda (teks, grafis, video) sebagai bahan bacaan atau materi pembelajaran, dan memanfaatkan koleksi perpustakaan dalam konteks pembelajaran mereka. Contohnya, guru dapat menerapkan strategi jurnal interaktif dalam memahami budaya daerah di mata pelajaran IPAS atau strategi merumuskan kesimpulan dalam mata pelajaran sejarah.

Membaca Bersama dan Terbimbing

Kegiatan Membaca Bersama:
  • Guru dapat membangun koneksi siswa dengan buku melalui beberapa kegiatan, seperti meramalkan cerita berdasarkan sampul buku, mengaitkan gambar sampul buku dengan judul, dan mengajukan pertanyaan terkait materi buku.
  • Selama kegiatan membaca bersama, guru dapat membantu siswa memahami bacaan dengan menggunakan gambar sebagai alat bantu.
  • Guru perlu memantau pencapaian siswa secara berkala dan mempertimbangkan untuk menaikkan tingkat bacaan mereka berdasarkan hasil asesmen formatif.
  • Aturan dalam Menyimak Bacaan
  • Menyimak merupakan kemampuan penting untuk meningkatkan literasi siswa. Guru dapat memperkuat kemampuan ini melalui kegiatan membaca nyaring (read aloud) yang didukung oleh gambar-gambar menarik untuk meningkatkan perhatian siswa.

Menanggapi Bacaan

Untuk merangsang kreativitas dan pemahaman siswa, guru dapat melibatkan siswa dalam beragam kegiatan seperti menulis ulasan, mengurutkan peristiwa, mengisi peta cerita, mengembangkan gagasan, dan menulis ulang cerita sesuai dengan versi mereka sendiri. Ini dapat membantu siswa dalam pemahaman bacaan, menumbuhkan kreativitas, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Menulis Ulang Cerita

Menulis ulang cerita yang sudah dibaca atau didengar dengan versi sendiri dapat menjadi kegiatan yang bermanfaat bagi siswa. Hal ini membantu mereka memahami bacaan, mengasah kemampuan menulis kreatif, dan mendorong pemikiran kreatif serta imajinatif. Guru dapat memandu siswa dalam langkah-langkah menulis ulang cerita, termasuk diskusi mengenai ide-ide kreatif, memberikan contoh reka ulang cerita, dan membantu siswa menulis cerita secara kreatif sesuai dengan sudut pandang yang berbeda.

Sebagai penutup, kita menyadari bahwa literasi adalah kunci untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Dengan memasukkan literasi dalam AKM, kita memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan membaca, menulis, dan berpikir kritis yang mendalam. Teruslah mendukung literasi dalam AKM untuk mendorong perkembangan peserta didik.

Dimensi Rapor Pendidikan di PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Dimensi Rapor Pendidikan di PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Dimensi Rapor Pendidikan di PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Dimensi Rapor Pendidikan dalam PBD (Perencanaan Berbasis Data) adalah aspek penting dalam pemantauan dan evaluasi hasil pendidikan. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang bagaimana dimensi rapor pendidikan memainkan peran kunci dalam perencanaan berbasis data. Mari kita eksplorasi lebih jauh tentang konsep dan pentingnya Dimensi Rapor Pendidikan dalam PBD.

Dimensi Rapor Pendidikan di PBD (Perencanaan Berbasis Data)


Perencanaan Berbasis Data (PBD) memiliki urgensi agar satuan pendidikan di lingkungan Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dapat melaksanakan program dan pengadaan yang tepat sasaran, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikannya.

Dalam menyusun Perencanaan Berbasis Data (PBD), satuan pendidikan dapat merujuk pada capaian di 5 (lima) Dimensi Rapor Pendidikan, yaitu dimensi A, B, C, D, dan dimensi E.

Berikut ini rincian kelima Dimensi Rapor Pendidikan berdasar pada output, proses dan input.


Output

Output merupakan kualitas capaian pembelajaran siswa

Dimensi A: Mutu dan relevansi hasil belajar siswa.

Indikatornya meliputi:
  • Kemampuan literasi
  • Kemampuan numerasi
  • Indeks karakter

Dimensi B: Pemerataan pendidikan yang bermutu

Proses 

Proses yang dimaksud adalah kualitas Proses Belajar Siswa

Dimensi D: Mutu dan relevansi pembelajaran.

Indikatornya adalah:
  • Kualitas pembelajaran
  • Refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru
  • Kepemimpinan instruksional
  • Iklim keamanan sekolah
  • Iklim kesetaraan gender
  • Iklim kebinekaan
  • Iklim inklusivitas
  • Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran
  • Input
  • Kualitas Sumber Daya Manusia dan Sekolah

Dimensi C: Kompetensi dan kinerja PTK.

Indikatornya meliputi:
  • Proporsi GTK bersertifikat
  • Proporsi GTK penggerak
  • Kualitas GTK penggerak
  • Pengalaman pelatihan guru
  • Nilai UKG
  • Pemenuhan kebutuhan guru
  • Kehadiran guru di kelas

Dimensi E: Pengelolaan sekolah yang partisipatif, transparan, dan akuntabel.

Indikatornya:
  • Partisipasi warga sekolah
  • Proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan mutu
  • Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran
  • Dari seluruh indikator yang ada di Rapor Pendidikan, Kemendikbudristek mengusulkan 5 indikator prioritas pendidikan pada jenjang Dikdasmen sebagai fokus awal untuk perbaikan satuan pendidikan. 
Kelima indikator prioritas tersebut meliputi:
  • Kemampuan Literasi
  • Kemampuan Numerasi
  • Indeks Karakter
  • Iklim Keamanan Sekolah dan Kebinekaan
  • Kualitas Pembelajaran
Sebagai penutup, kita menyadari bahwa pemahaman yang mendalam tentang Dimensi Rapor Pendidikan dalam PBD (Perencanaan Berbasis Data) adalah kunci untuk memahami pencapaian dan kualitas pendidikan. Dengan memperhatikan dimensi ini, kita dapat melakukan perencanaan yang lebih terfokus dan memastikan hasil pendidikan yang lebih baik. Teruslah memantau dan mengevaluasi dengan dimensi rapor pendidikan sebagai panduan.
Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data) adalah langkah kunci dalam menerapkan pendekatan berbasis data dalam proses perencanaan. Artikel ini akan membahas bagaimana PBD dapat membantu mengoptimalkan perencanaan dengan data yang relevan, serta memberikan wawasan tentang praktik terbaik dalam pelaksanaannya. Mari kita eksplorasi lebih dalam mengenai pentingnya Pelaksanaan PBD.
Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data)



Setelah menyusun Perencanaan Berbasis Data (PBD) yang dapat merujuk pada dimensi Rapor Pendidikan, proses selanjutnya yang ditempuh oleh satuan pendidikan yaitu Pelaksanaan PBD serta monitoring dan evaluasi PBD.

Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) metode dalam Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (SD, SMP, SMA, SMK dan SLB). Metode tersebut adalah sebagai berikut:

  • Melakukan PBD melalui eksplorasi dashboard platform Rapor Pendidikan.
  • Melakukan PBD melalui unduhan rekomendasi PBD.
  • Melakukan PBD dengan menganalisis unduhan Laporan Rapor Pendidikan.
  • Dalam menganalisis terdapat 3 cara yang bisa dilakukan, yaitu:
  1. Cara 1: Melakukan PBD melalui eksplorasi dashboard platform Rapor Pendidikan
  2. Cara 2: Melakukan PBD melalui unduhan lembar rekomendasi PBD
  3. Cara 3: Melakukan PBD dengan menggunakan unduhan Laporan Rapor Pendidikan

Tahapan Pelaksanaan PBD

Ada 5 (lima) tahapan yang dapat ditempuh dalam Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data).

1.      Tahap 1 : Identifikasi untuk memilih dan menetapkan masalah

Terdapat 6 (enam) indikator prioritas untuk Dasmen dan 8 (delapan) indikator prioritas untuk SMK saat membuka halaman ringkasan Rapor Pendidikan.

Proses identifikasi dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu:

a. Pilih indikator-indikator dengan label capain yang paling rendah dengan urutan sebagai berikut: berwarna merah, kuning dan hijau.

b. Jika terdapat 2 label capaian dengan warna yang sama, pilihlah indikator mana yang lebih membutuhkan intervensi dengan melihat detail Peringkat/ Kuintil yang lebih rendah. Misalnya dengan memilih Peringkat menengah bawah (61-80%) atau Peringkat menengah (41-60%).

c.       Jika pada peringkat/ Kuintil masih memiliki nilai yang sama, silakan memilih Indikator mana yang lebih membutuhkan intervensi/ perbaikan dengan melihat delta atau kenaikan/ penurunan capaian dengan prioritas Penurunan yang paling tinggi, atau Kenaikan yang paling rendah.

d.      Pada tahap terakhir jika pada delta masih memiliki nilai yang sama, bandingkanlah skor capaian dengan klik "Apa arti capaian saya?", dan dilanjutkan dengan memilih indikator yang memiliki skor lebih rendah.

2.      Tahap 2 : Memilih Akar Masalah

a.      Dari masalah yang dipilih, klik "Pelajari akar masalah". Akan terlihat 4 kartu akar masalah dari indikator level 1 dan level 2 yang menyertainya. Perlu diketahui basis/ dasar untuk melakukan perbaikan pada indikator prioritas atau akar masalah adalah:

§  Sumber daya satuan pendidikan

§  Anggaran yang dimiliki oleh satuan pendidikan

§  Kondisi dari masing-masing satuan pendidikan

b.      Kemudian, pilih indikator level 2 dari indikator level 1 yang sudah dipilih menjadi masalah, karena Indikator level 2 tersebut juga merupakan akar masalah.

c.       Setelah itu lihatlah 3 kartu akar masalah yang terdapat di bagian bawah. Kartu-kartu tersebut sudah diurutkan berdasar indikator-indikator yang paling membutuhkan intervensi.

3.      Tahap 3 : Merumuskan Benahi

Ketika akan memulai untuk merumuskan Benahi, perhatikan hal-hal berikut ini:

a.      Dari akar masalah yang sudah dipilih, baik dari level 1 maupun level 2. Rumuskanlah benahi dengan melihat Inspirasi Benahi yang ada di bagian bawah halaman Ringkasan.

b.      Pilihlah sebagian atau seluruh inspirasi kegiatan benahi.

Selanjutnya pelajarilah inspirasi kegiatan benahi dengan klik tombol "Lihat di Merdeka Mengajar"

4.      Tahap 4 : Memasukkan detail IRB ke dalam dokumen RKT

Setelah selesai merumuskan benahi, lanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu memasukkan ke dalam dokumen RKT. Ikuti langkah-langkah berikut:

a.      Memindahkan hasil dari tahap 1, 2, dan 3 ke dalam dokumen RKT.

b.      Satuan pendidikan melakukan reviu dokumen RKT yang sudah lengkap, hasil reviu dapat berupa penambahan atau pengurangan.

5.      Tahap 5 : Memasukkan detail IRB ke dalam lembar kerja ARKAS

Kegiatan yang dimasukkan ke dalam Lembar Kerja ARKAS merupakan kegiatan yang membutuhkan anggaran untuk pelaksanaannya.

a.      Pindahkan kolom inspirasi kegiatan benahi yang terpilih dari RKT ke dalam kolom Benahi di lembar kerja ARKAS

b.      Pindahkan contoh kegiatan ARKAS yang terpilih dari RKT ke dalam kolom Kegiatan di lembar kerja ARKAS. Isi juga Kolom Penjelasan Kegiatan dengan rincian kegiatan apa saja yang ingin dilakukan sesuai dengan yang terdapat pada kolom Kegiatan. Selain itu, anda dapat mengisi kolom Uraian Kegiatan dengan rincian barang dan jasa yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

c.       Isi kolom Jumlah dengan jumlah barang dan jasa yang dibelanjakan dalam 1 tahun. Untuk kolom Satuan berisi satuan barang dan jasa yang dibelanjakan dalam 1 tahun. Kolom Harga Satuan berisi harga per satu satuan (rujukan dapat melihat ke aplikasi SIPLah atau sumber lainnya yang relevan) dan kolom Total berisi perkalian antara jumlah dan harga satuan.

Catatan:

4.      Jika jumlah total anggaran melebihi estimasi total anggaran yang dimiliki, maka anda dapat mengurangi: Jumlah barang dan jasa, Barang dan jasa, dan Kegiatan.

5.      Jika jumlah total anggaran kurang dari estimasi total anggaran yang dimiliki, maka anda dapat menambahkan: Jumlah barang dan jasa, Barang dan jasa, dan Kegiatan.

6.      Jika total anggaran sudah sesuai, di reviu dan disetujui, maka anda dapat memasukkan lembar kerja ARKAS ke dalam aplikasi ARKAS 4.

Setelah tahap 5 selesai, anda sudah memiliki dokumen ARKAS untuk satuan pendidikan.

 Sebagai penutup, kita menyadari bahwa Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data) adalah tahap vital dalam mencapai keberhasilan dalam perencanaan yang efektif. Dengan pendekatan ini, kita dapat mengambil keputusan yang lebih terinformasi dan mencapai hasil yang lebih baik. Teruslah mempertimbangkan pendekatan berbasis data dalam perencanaan Anda.


Monitoring dan Evaluasi PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Monitoring dan Evaluasi PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Monitoring dan Evaluasi PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Monitoring dan Evaluasi PBD (Perencanaan Berbasis Data) adalah komponen kunci dalam perbaikan proses perencanaan. Artikel ini akan membahas betapa pentingnya PBD dalam mengoptimalkan perencanaan dengan data yang relevan. Mari kita eksplorasi lebih mendalam mengenai prinsip-prinsip dan manfaat Monitoring dan Evaluasi PBD.

Monitoring dan Evaluasi PBD (Perencanaan Berbasis Data)


A. Tujuan Monitoring dan Evaluasi

Tujuan monitoring adalah memastikan kesesuaian antara rencana kerja dengan pelaksanaan suatu kegiatan. Selanjutnya sekolah dapat melihat perubahan yang terjadi di satuan pendidikannya, baik sebelum maupun sesudah menerapkan Perencanaan Berbasis Data dan pelaksanaan PBD.

Tujuan evaluasi yaitu untuk mengidentifikasi tingkat efektifitas suatu kegiatan dengan harapan pada perencanaan selanjutnya dapat memperoleh hasil yang lebih baik.

Dampak dari kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk mengidentifikasi hasil peningkatan mutu pendidikan yang telah ditargetkan. Apabila kegiatan yang sudah disusun tidak berdampak pada hasil peningkatan mutu, maka perlu dilakukan evaluasi.

Evaluasi dampak dilakukan dengan cara membandingkan capaian Profil Pendidikan tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Kegiatan dapat dinilai efektif apabila terjadi peningkatan capaian dibandingkan tahun sebelumnya. Kegiatan tersebut kemudian dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai rencana, dilakukan monitoring tentang kemajuannya, dan dievaluasi dampaknya. Dengan melakukan hal tersebut maka akan terjadi proses perbaikan berkelanjutan.

B. Proses Monitoring dan Evaluasi

Dalam melakukan proses monitoring dan evaluasi PBD terdapat 3 tahap yang perlu dilakukan, yaitu:

Tahap 1

Mengevaluasi realisasi pelaksanaan kegiatan dan anggaran, bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara rencana kerja dan pelaksanaan.

Dalam monitoring dan evaluasi tahap 1 ini satuan pendidikan dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

  • Mengunduh data realisasi kegiatan dan anggaran dari platform ARKAS atau dapat juga dalam bentuk lainnya.
  • Melakukan review ketercapaian pelaksanaan kegiatan dan serapan anggaran.
  • Merumuskan rekomendasi perbaikan.
  • Dokumen yang digunakan: RKAS, dan Metode analisis masalah.

Tahap 2

Pencatatan dan dokumentasi perubahan, bertujuan untuk mengetahui Bukti-bukti Perubahan.

Dalam monitoring dan evaluasi tahap 2 ini satuan pendidikan dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

  • Membuat perbandingan berbagai perubahan yang diperkirakan merupakan hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan.
  • Membuat dokumentasi perubahan dan bentuk foto/ video atau bentuk lainnya.
  • Dokumen yang digunakan: Hasil observasi dan pengamatan, foto, video, dan catatan perubahan.

Tahap 3

Evaluasi capaian mutu, bertujuan untuk mengidentifikasi hasil peningkatan mutu.

Monitoring dan Evaluasi Tahap 3 ini hanya khusus untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

Dalam monitoring dan evaluasi tahap 3 ini satuan pendidikan dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

  • Membuat perbandingan capaian profil pendidikan dari tahun ke tahun.
  • Memberikan catatan terkait perbandingan data baik yang meningkat, menurun, atau tetap.
  • Merumuskan rekomendasi atas temuan evaluasi.
  • Dokumen yang digunakan: platform Rapor Pendidikan, dan analisis data.


Agar satuan pendidikan dapat melakukan Perencanaan Berbasis Data dengan baik dan benar, maka dapat melakukan 5 (lima) kebiasaan berikut:

  • Satuan pendidikan membaca Rapor Pendidikan untuk mengidentifikasi kondisi dan tantangan yang dihadapi.
  • Kepala sekolah dan pemangku kepentingan di sekolah melakukan refleksi diri untuk menemukan akar permasalahan dari tantangan yang dihadapi.
  • Kepala sekolah dan pemangku kepentingan di sekolah menentukan program dan kegiatan untuk menyelesaikan akar masalah, menetapkan target capaian, dan memasukkannya di dalam dokumen perencanaan.
  • Kepala sekolah dan pemangku kepentingan di sekolah melaksanakan program dan kegiatan yang sudah direncanakan.
  • Kepala sekolah melakukan monitoring dan evaluasi untuk melihat keterlaksanaan kegiatan dan melihat perubahan capaian di Rapor Pendidikan di tahun berikutnya.
Sebagai akhir dari artikel ini, kita memahami bahwa Monitoring dan Evaluasi PBD (Perencanaan Berbasis Data) adalah fondasi dalam pengembangan perencanaan yang efektif. Dengan pendekatan ini, kita dapat membuat keputusan yang lebih baik dan memberikan hasil yang lebih baik dalam berbagai bidang. Teruslah memantau dan mengevaluasi dengan data sebagai panduan.
Aspek Perkembangan Kognitif Anak Fase D

Aspek Perkembangan Kognitif Anak Fase D

Aspek Perkembangan Kognitif Anak Fase D

Aspek Perkembangan Kognitif Anak Fase D adalah tahap penting dalam pemahaman perkembangan anak. Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana anak-anak mengalami perkembangan kognitif mereka selama Fase D, serta dampaknya terhadap kemampuan berpikir dan belajar mereka. Mari kita menjelajahi aspek penting ini dalam perkembangan anak.

Aspek Perkembangan Kognitif Anak Fase D


Perkembangan kognitif anak pada tahap Fase D adalah elemen penting dalam perjalanan perkembangan mereka dari kelahiran hingga dewasa. Keharusan pemenuhan tahapan perkembangan kognitif ini menjadi kunci bagi perkembangan anak yang optimal.


Anak-anak Fase D, yang berusia antara 12-15 tahun, mulai mengembangkan kemampuan berpikir kritis, meskipun belum mencapai tingkat kedewasaan. Ini mengakibatkan mereka masih menghadapi beberapa tantangan dalam hal penalaran, kendali diri, dan perencanaan. Bahkan seringkali, anak-anak Fase D mengekspresikan keinginan untuk mengemukakan pendapat mereka tentang berbagai hal, serta mulai mempertanyakan norma-norma yang ada.


Ciri-Ciri Perkembangan Kognitif:

  • Antusias mencoba kegiatan baru.
  • Menggunakan teknologi dalam berbagai aktivitas.
  • Minat terhadap isu-isu sosial di sekitarnya.
  • Berpikir berdasarkan teori dan logika, sehingga memiliki pendapat yang kuat.
  • Kemampuan menganalisis masalah dari berbagai sudut pandang.
  • Kesadaran bahwa pencapaian dalam pembelajaran akan memengaruhi masa depan.
  • Tantangan dalam Perkembangan Kognitif:

Beberapa tantangan yang sering dihadapi oleh anak Fase D meliputi:

  • Rasa ragu ketika tampil di depan kelas.
  • Kesadaran diri yang tinggi dan kecenderungan merasa sebagai pusat perhatian.
  • Sensitivitas terhadap komentar orang lain, yang bisa menyebabkan rasa ragu dalam bertindak.
  • Kesulitan dalam konsistensi dalam bertanggung jawab.
  • Perkembangan kemampuan berpikir dari konkret ke abstrak yang belum sepenuhnya matang.
  • Kebutuhan untuk didampingi karena belum sepenuhnya mampu bertanggung jawab.
  • Hindari bersikap curiga berlebihan.

Stimulasi dan Dukungan Perkembangan Kognitif:

Ada beberapa cara untuk memberikan stimulasi dan dukungan kepada anak Fase D dalam perkembangan kognitif mereka:

  • Memanfaatkan internet sebagai sumber pembelajaran dan mengajarkan aspek keamanan digital.
  • Berkomunikasi dengan orangtua mengenai kemajuan dan tantangan yang dihadapi peserta didik di sekolah.
  • Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi bakat dan minat mereka.
Sebagai penutup, kita menyadari bahwa pemahaman yang mendalam tentang Aspek Perkembangan Kognitif Anak Fase D adalah kunci untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan intelektual anak. Dengan pengetahuan yang mendalam tentang topik ini, kita dapat memberikan dukungan yang tepat guna membantu anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir dan belajar mereka dengan lebih baik.

Aspek Perkembangan Bahasa Anak Fase D

Aspek Perkembangan Bahasa Anak Fase D

Aspek Perkembangan Bahasa Anak Fase D

Aspek Perkembangan Bahasa Anak Fase D adalah tahap kritis dalam perkembangan komunikasi anak. Artikel ini akan menyelidiki bagaimana anak-anak mengembangkan keterampilan bahasa mereka selama Fase D dan dampaknya terhadap perkembangan mereka. Mari kita eksplorasi dengan lebih mendalam mengenai pentingnya Aspek Perkembangan Bahasa Anak Fase D.

Aspek Perkembangan Bahasa Anak Fase D



Perkembangan bahasa pada anak dalam fase D adalah elemen kunci dalam perkembangan mereka dari lahir hingga dewasa. Tahapan ini harus dipenuhi untuk memastikan pertumbuhan anak yang optimal. Pada usia 12-15 tahun, anak-anak dalam fase D sudah memiliki kemampuan komunikasi yang mirip dengan orang dewasa, termasuk penggunaan istilah dan perumpamaan.

Meskipun kemampuan komunikasi verbal mereka semakin meningkat, masa pubertas dapat membuat anak-anak lebih hemat dalam berbicara. Ini adalah aspek yang perlu diperhatikan oleh pendidik, karena dapat berpengaruh pada perkembangan pribadi anak-anak.

Ciri-Ciri Perkembangan Bahasa pada Anak Fase D:


  • Kemampuan menjawab pertanyaan secara lugas dan ringkas.
  • Kecenderungan untuk tidak terlalu antusias dalam berbicara dengan anggota keluarga.
  • Lebih banyak waktu dihabiskan untuk berkomunikasi melalui media sosial dengan teman sebaya.
  • Kemampuan memahami gaya bahasa seperti ironi, sarkasme, dan metafora dalam percakapan.
  • Tantangan dalam Perkembangan Bahasa pada Anak Fase D:
  • Dengan kemampuan berpikir kritis yang mulai muncul dan keterampilan komunikasi yang semakin baik, anak-anak dalam fase D menjadi lebih berani dalam mengungkapkan diri, baik di lingkungan sekitarnya maupun di media sosial. Namun, mereka mungkin belum cukup matang dalam menanggapi perbedaan pendapat atau bahkan kritik yang mungkin muncul. Inilah tempat di mana peran pendidik sangat penting untuk memberikan dukungan dan bimbingan.

Tantangan yang sering muncul akibat perkembangan bahasa pada anak Fase D meliputi:


  • Kesiapan peserta didik menghadapi perundungan di dunia digital.
  • Kemampuan berpikir kritis dalam dunia digital.
  • Pertimbangan mengenai keamanan digital dan privasi.
  • Berfleksi tentang hak privasi.
  • Hindari pemberian ceramah dan nasihat, tetapi lebih baik menggunakan cerita pengalaman.
  • Memberikan ruang bagi peserta didik untuk berpendapat.
  • Mendorong kemampuan peserta didik untuk melindungi diri mereka sendiri.
  • Mengatasi perubahan sikap anak terhadap orang dewasa di sekitarnya, seperti menjadi lebih diam.
  • Melatih kemampuan berbicara dari hati ke hati.
  • Menerima dan memahami perasaan anak.
  • Memahami preferensi berkomunikasi anak yang lebih nyaman melalui teks atau pesan instan.
  • Mengadopsi bahasa yang sesuai dan dapat diterima oleh anak, pendidik, dan wali murid.

Stimulasi dan Dukungan untuk Perkembangan Bahasa:


  • Membangun hubungan yang hangat dan melibatkan kegiatan bersama peserta didik untuk membuka jalur komunikasi.
  • Mendengarkan aktif, bukan hanya berbicara kepada peserta didik, tetapi juga benar-benar mendengarkan mereka.
  • Memperhatikan apa yang peserta didik bagikan di media sosial, dan memberikan contoh serta edukasi mengenai keamanan digital.
  • Mendorong peserta didik untuk membaca buku sesuai dengan usia mereka untuk meningkatkan literasi dan mengenalkan mereka pada berbagai genre literatur.

Aspek Perkembangan Sosial-Emosi Anak Fase D

Aspek Perkembangan Sosial-Emosi Anak Fase D

Aspek Perkembangan Sosial-Emosi Anak Fase D


Aspek Perkembangan Sosial-Emosi Anak dalam Fase D adalah elemen penting dalam pemahaman perkembangan anak. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang bagaimana anak-anak mengalami perkembangan sosial dan emosional mereka selama Fase D, serta dampaknya terhadap pertumbuhan mereka. Mari kita eksplorasi aspek penting ini dalam perkembangan anak.

Aspek Perkembangan Sosial-Emosi Anak Fase D


Aspek perkembangan sosial-emosi anak Fase D memiliki intensitas interaksi lebih sering dan lebih dalam dengan teman sebaya. Anak yang berada di usia 12-15 tahun ini juga mengalami naik-turunnya harga diri (self-esteem) karena merasa semua orang memperhatikannya dan ia memiliki peranan dalam perilaku orang lain. Perkembangan sosial-emosi menjadi salah satu aspek penting dalam perkembangan diri anak pada Fase D yang harus terpenuhi.


A. Ciri Perkembangan Sosial-Emosi

Anak Fase D memiliki ciri-ciri perkembangan sosial-emosi sebagai berikut:

  • Suasana hati yang berubah-ubah (mood swing) karena perkembangan otak dan perubahan hormonal.
  • Sering mempertanyakan kebijakan atau peraturan yang dibuat oleh pendidik/ sekolah.
  • Memiliki keinginan kuat untuk diterima oleh teman dengan cara mengubah gaya berpakaian, selera musik, dan hobi.
  • Tertarik dan memiliki perasaan ingin dekat dengan lawan jenis.
  • Kesadaran diri meningkat dan peka terhadap kritik.

B. Tantangan Perkembangan Sosial-Emosi

Contoh tantangan perkembangan sosial-emosi anak Fase D:

  • Kecemasan peserta didik tinggi saat menjelang kelulusan. Bagaimana mendampinginya?
  • Kesehatan mental peserta didik penting mendapat perhatian di fase ini.
  • Sediakan lingkungan yang nyaman dan aman agar peserta didik bisa bercerita dan mengatasi kecemasannya.
  • Amati pola perilaku peserta didik dan tangani jika butuh bantuan lebih lanjut.
  • Tekanan pertemanan memengaruhi perilaku peserta didik, bagaimana menguatkannya?
  • Pertemanan rentan konflik karena berbagai hal.
  • Peserta didik rentan terhadap pengaruh buruk dari pertemanan.
  • Peserta didik perlu memahami pentingnya batasan sehat dalam pertemanan.
  • Berani menolak ajakan pada perilaku negatif.
  • Gunakan komunikasi efektif dan hindari menggurui.
  • Manfaatkan media untuk mengkomunikasikan pada peserta didik, misalnya melalui film, bahan bacaan, dan lagu.

C. Stimulasi dan Dukungan Perkembangan Sosial-Emosi

Pendidik hendaknya mampu memberikan stimulasi dan dukungan berikut ini:

  • Membangun hubungan hangat dan melakukan kegiatan menyenangkan bersama peserta didik.
  • Membantu peserta didik memahami dan mengelola emosinya.
  • Mengenal dengan siapa dan di mana peserta didik biasa bergaul.
  • Menjadi teman berdiskusi ketika peserta didik mempertanyakan kebijakan atau peraturan yang ada.
  • Mengajak peserta didik diskusi tentang ketertarikan pada lawan jenis (mengapa terjadi dan bagaimana menyikapinya).
  • Melontarkan kritik dengan cara yang tepat.
Sebagai akhir dari artikel ini, kita menyadari betapa pentingnya pemahaman terhadap Aspek Perkembangan Sosial-Emosi Anak Fase D dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan pengetahuan yang mendalam tentang topik ini, kita dapat memberikan perhatian yang lebih baik dan dukungan yang dibutuhkan untuk membantu anak-anak menghadapi berbagai tantangan dan meraih potensi mereka secara optimal.