Tampilkan postingan dengan label Kurikulum Merdeka. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kurikulum Merdeka. Tampilkan semua postingan
5 prinsip pembelajaran dalam kurikulum merdeka

5 prinsip pembelajaran dalam kurikulum merdeka

5 prinsip pembelajaran dalam kurikulum merdeka


Kurikulum Merdeka adalah sebuah kurikulum pendidikan yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia pada tahun 2021. Tujuan utama dari kurikulum ini adalah untuk mewujudkan siswa yang memiliki kompetensi global, yang mampu bersaing di tingkat dunia.

5 prinsip pembelajaran dalam kurikulum merdeka



Kurikulum Merdeka terdiri dari empat kompetensi utama yaitu: kompetensi spiritual, kompetensi sosial, kompetensi akademik, dan kompetensi profesional. Kompetensi spiritual meliputi kemampuan siswa untuk memahami ajaran agama, menghargai hak asasi manusia, dan mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan. Kompetensi sosial meliputi kemampuan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain, berkomunikasi dengan baik, dan memahami norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.

Kompetensi akademik meliputi kemampuan siswa untuk memahami konsep-konsep dasar dalam berbagai bidang studi, serta mampu mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kompetensi profesional meliputi kemampuan siswa untuk memahami keterampilan yang diperlukan di berbagai bidang pekerjaan, serta mampu mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia kerja.

Kurikulum Merdeka menggunakan pendekatan tematik, dimana setiap materi pelajaran dikemas dalam satu tema yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Selain itu, kurikulum ini juga menekankan pentingnya pengalaman belajar langsung (hands-on learning) dan pembelajaran melalui proyek. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memahami materi pelajaran dengan lebih mudah dan menyenangkan.

Kurikulum Merdeka juga mengadopsi pendekatan inkuiri (inquiry-based learning) yang menekankan pentingnya siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan jawabannya sendiri. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Sebagai tambahan, kurikulum ini juga mencakup pembelajaran bahasa asing, termasuk bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, serta pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Kurikulum Merdeka juga mencakup pembelajaran kewarganegaraan, dimana siswa diharapkan memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia, serta mampu menghargai dan menghayati budaya dan sejarah bangsa Indonesia. Kurikulum Merdeka mengadopsi beberapa prinsip pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami dan mengaplikasikan materi pelajaran dengan lebih baik.

Berikut ini adalah lima prinsip pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka:

1. Pendekatan Tematik:

Kurikulum Merdeka menggunakan pendekatan tematik, dimana setiap materi pelajaran dikemas dalam satu tema yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memahami materi pelajaran dengan lebih mudah dan menyenangkan.

Pendekatan tematik adalah sebuah metode pendekatan dalam proses pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu ke dalam satu tema atau topik tertentu. Dalam pendekatan ini, pembelajaran tidak dilakukan secara terpisah untuk setiap mata pelajaran, melainkan berfokus pada tema atau topik tertentu, dan semua materi yang relevan dari berbagai mata pelajaran dikaitkan dengan tema tersebut.

Pendekatan tematik bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan kontekstual bagi siswa. Dengan mengintegrasikan berbagai mata pelajaran, siswa dapat melihat hubungan dan keterkaitan antara berbagai konsep dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga membantu mengatasi kurikulum yang terlalu terfragmentasi, sehingga pembelajaran menjadi lebih holistik dan menyenangkan.

Proses pembelajaran dalam pendekatan tematik biasanya melibatkan langkah-langkah berikut:
  1. Penentuan tema: Guru memilih tema atau topik yang relevan dan menarik bagi siswa, seperti "lingkungan," "keluarga," atau "pahlawan."
  2. Pengintegrasian mata pelajaran: Setelah tema dipilih, guru mengidentifikasi konsep dan konten dari berbagai mata pelajaran yang dapat dihubungkan dengan tema tersebut. Misalnya, dalam tema "lingkungan," konsep sains tentang ekosistem dapat dihubungkan dengan ilmu sosial tentang dampak industri terhadap lingkungan.
  3. Pengembangan pembelajaran: Guru merancang rencana pembelajaran yang mencakup aktivitas, proyek, dan tugas-tugas yang relevan dengan tema, dan mengintegrasikan berbagai aspek dari mata - pelajaran yang terlibat.
  4. Pembelajaran kolaboratif: Dalam pendekatan tematik, kolaborasi antara siswa sangat ditekankan. Mereka bekerja bersama dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek atau tugas, sehingga memungkinkan pertukaran ide dan pemahaman yang lebih baik.
  5. Evaluasi: Evaluasi dalam pendekatan tematik lebih berfokus pada pemahaman dan penerapan konsep dalam konteks tema, bukan hanya pada penilaian per mata pelajaran.
Pendekatan tematik memiliki keuntungan seperti meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, meningkatkan pemahaman menyeluruh, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreativitas. Namun, juga memerlukan perencanaan yang matang dan kerjasama antara guru dari berbagai mata pelajaran untuk mengintegrasikan kurikulum secara efektif.

2. Pendekatan Inkuiri (Inquiry-based learning):

Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan jawabannya sendiri. Dengan pendekatan inkuiri, siswa diharapkan mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.

Pendekatan inkuiri adalah metode pembelajaran yang menekankan pada eksplorasi aktif dan penemuan pengetahuan oleh siswa melalui proses bertanya, menyelidiki, dan merumuskan pemahaman sendiri. Dalam pendekatan ini, peran guru lebih sebagai fasilitator dan pemandu daripada sebagai sumber utama pengetahuan. Tujuan utama pendekatan inkuiri adalah mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kemampuan menemukan informasi, dan pemecahan masalah pada siswa.

Pendekatan inkuiri sering kali terdiri dari beberapa tahap, seperti:

  1. Pengajuan pertanyaan: Guru menstimulasi siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang dan mendorong eksplorasi lebih lanjut tentang topik tertentu. Pertanyaan-pertanyaan ini membantu merangsang rasa ingin tahu siswa.
  2. Menyelidiki: Siswa melakukan penyelidikan dan penelitian untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka. Ini melibatkan pengumpulan data, observasi, eksperimen, dan pencarian informasi dari berbagai sumber.
  3. Analisis dan interpretasi: Siswa mengevaluasi dan menganalisis data yang telah mereka kumpulkan, serta menginterpretasikan hasilnya untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam.
  4. Merumuskan pemahaman: Siswa merumuskan pemahaman mereka sendiri berdasarkan bukti yang mereka temukan selama proses inkuiri. Mereka mengembangkan penjelasan dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelumnya.
  5. Komunikasi: Siswa berbagi hasil penemuan dan pemahaman mereka dengan rekan-rekan sekelas atau melalui presentasi atau proyek.
Pendekatan inkuiri tidak hanya berlaku untuk ilmu pengetahuan, tetapi juga dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran. Ini memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, mengembangkan keingintahuan, dan memperkuat keterampilan berpikir kritis serta kemampuan mencari informasi. Dengan pendekatan inkuiri, siswa lebih aktif dalam proses belajar, yang dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang materi dan membantu mereka menghubungkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.

3. Hands-on learning:

Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya pengalaman belajar langsung (hands-on learning) dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan pengetahuan dengan lebih baik.

Hands-on learning, juga dikenal sebagai experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman, adalah metode pembelajaran yang mengutamakan interaksi langsung siswa dengan bahan pelajaran atau materi pembelajaran melalui aktivitas fisik atau praktik. Dalam pendekatan ini, siswa secara aktif terlibat dalam proses belajar dengan menggunakan tangan mereka untuk melakukan tugas-tugas atau proyek yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

Pendekatan hands-on learning berusaha untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa, yang memungkinkan mereka untuk merasakan, menyentuh, dan mengalami konsep atau topik yang dipelajari. Beberapa contoh metode pembelajaran hands-on meliputi:
  1. Percobaan dan eksperimen: Siswa melakukan percobaan atau eksperimen di laboratorium untuk mengamati dan menguji konsep-konsep sains atau matematika.
  2. Kegiatan seni dan kerajinan: Siswa membuat proyek seni atau kerajinan untuk memvisualisasikan konsep atau topik yang sedang dipelajari.
  3. Simulasi atau permainan peran: Siswa berpartisipasi dalam simulasi atau permainan peran untuk memahami peristiwa atau situasi tertentu dari perspektif praktis.
  4. Kunjungan lapangan: Siswa melakukan kunjungan ke tempat-tempat tertentu untuk mempelajari secara langsung tentang subjek tertentu, seperti ke museum, kebun binatang, atau pabrik.
  5. Proyek penerapan: Siswa melakukan proyek di luar kelas yang menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dalam kehidupan nyata, seperti mendirikan kebun sekolah atau mengorganisir kampanye sosial.
Pendekatan hands-on learning seringkali dianggap lebih efektif karena membantu meningkatkan keterlibatan siswa, memperdalam pemahaman, dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi situasi dunia nyata dengan keterampilan yang relevan.

4. Pembelajaran melalui proyek:

Kurikulum Merdeka juga menekankan pentingnya pembelajaran melalui proyek. Dengan proyek, siswa diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks yang lebih konkret.

Pembelajaran melalui proyek, juga dikenal sebagai project-based learning (PBL), adalah metode pembelajaran yang berpusat pada proyek atau tugas yang menantang dan menarik, di mana siswa terlibat secara aktif dalam penelitian, penyelesaian masalah, dan penerapan konsep untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Dalam pembelajaran melalui proyek, siswa berperan sebagai pembelajar aktif yang memainkan peran utama dalam mencari jawaban, menghadapi tantangan, dan mencapai hasil akhir.

PBL melibatkan langkah-langkah berikut:
  1. Penentuan proyek: Guru atau siswa dapat berkolaborasi untuk menentukan proyek atau tugas yang relevan dengan kurikulum dan menarik minat siswa. Proyek tersebut harus mencakup tujuan pembelajaran yang jelas.
  2. Penyelidikan: Siswa melakukan penyelidikan tentang topik proyek, mengumpulkan data, dan mengakses sumber-sumber informasi yang relevan.
  3. Perencanaan: Siswa merencanakan langkah-langkah yang akan mereka ambil dalam menyelesaikan proyek, mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan, dan merancang pendekatan penyelesaian.
  4. Pelaksanaan proyek: Siswa aktif terlibat dalam melakukan proyek, menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari selama proses penyelidikan.
  5. Kolaborasi: PBL sering melibatkan kolaborasi antara siswa, yang bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek dan memecahkan masalah bersama-sama.
  6. Penyajian dan refleksi: Setelah selesai, siswa menyajikan hasil proyek mereka kepada kelas atau audiens lainnya. Selain itu, mereka merefleksikan proses pembelajaran mereka dan pengalaman yang mereka alami selama proyek.
PBL menjadi metode pembelajaran yang populer karena meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dan membantu mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dunia nyata dengan keterampilan dan pemahaman yang lebih baik.

5. Pembelajaran yang berbasis kompetensi:

Kurikulum Merdeka dikembangkan berdasarkan kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa. Oleh karena itu, proses pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam bidang-bidang yang ditentukan.

Pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan pengukuran kemampuan atau kompetensi siswa dalam menguasai berbagai keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang relevan dengan tujuan pembelajaran tertentu. Pada pendekatan ini, fokus utama adalah pada hasil yang dicapai oleh siswa dan bagaimana siswa dapat menunjukkan bahwa mereka telah mencapai kompetensi yang ditetapkan.

Karakteristik utama dari pembelajaran yang berbasis kompetensi antara lain:

Penekanan pada hasil: Tujuan utama dari pembelajaran adalah untuk mengembangkan kompetensi-kompetensi tertentu pada siswa. Kompetensi ini mencakup keterampilan praktis, pengetahuan, pemahaman, dan sikap yang relevan dengan konteks pembelajaran.

Pengukuran kemampuan: Penilaian dalam pembelajaran berbasis kompetensi dilakukan dengan mengukur sejauh mana siswa telah mencapai kompetensi yang diharapkan. Penilaian ini berfokus pada penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi nyata daripada sekadar menghafal fakta.
Pembelajaran berpusat pada siswa: Siswa memiliki peran aktif dalam pembelajaran mereka, dengan guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing. Siswa diberi kesempatan untuk mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.

Fleksibilitas dan individualisasi: Setiap siswa memiliki tingkat kemajuan dan kecepatan belajar yang berbeda. Pembelajaran berbasis kompetensi memungkinkan pendekatan yang lebih fleksibel dan individualisasi untuk memenuhi kebutuhan unik setiap siswa.

Integrasi kurikulum: Pembelajaran berbasis kompetensi mendorong integrasi berbagai aspek pembelajaran, sehingga siswa dapat melihat bagaimana keterampilan dan pengetahuan yang berbeda saling terkait dan relevan.

Konteks dunia nyata: Pembelajaran berbasis kompetensi berusaha untuk menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan aplikasi praktis. Kompetensi yang dikembangkan diharapkan dapat diaplikasikan dalam situasi nyata atau dunia kerja.

Pembelajaran berbasis kompetensi bertujuan untuk memberikan hasil yang lebih nyata dan bermakna bagi siswa. Dengan menekankan pada kemampuan dan kompetensi yang dapat diukur dan diamati, pendekatan ini mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendekatan ini juga menekankan pada pembelajaran sepanjang hayat, di mana siswa terus mengembangkan dan meningkatkan kompetensi mereka seiring waktu. 

Implementasi kurikulum ini telah dimulai pada tahun 2021 di seluruh sekolah di Indonesia, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah. Namun, terdapat beberapa kritik terhadap kurikulum ini, diantaranya adalah: terlalu banyak kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, kurikulum yang terlalu teoritis, dan kurangnya pemahaman terhadap keanekaragaman budaya di Indonesia. 

Meskipun demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan beberapa langkah untuk mengatasi kritik tersebut, diantaranya adalah dengan memberikan fleksibilitas bagi sekolah dalam menerapkan kurikulum ini, serta memberikan dukungan dan pelatihan bagi guru agar mampu mengajarkan kurikulum ini dengan lebih baik. Kurikulum Merdeka diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, sehingga mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang diakui di tingkat nasional maupun internasional. 

Implementasi Kurikulum Merdeka tidak terlepas dari kritik yang diterima oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Beberapa kritik tersebut diantaranya adalah: terlalu banyak kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, kurikulum yang terlalu teoritis, dan kurangnya pemahaman terhadap keanekaragaman budaya di Indonesia. 

Meskipun demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan beberapa langkah untuk mengatasi kritik tersebut, diantaranya adalah dengan memberikan fleksibilitas bagi sekolah dalam menerapkan kurikulum ini, serta memberikan dukungan dan pelatihan bagi guru agar mampu mengajarkan kurikulum ini dengan lebih baik. 

Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga telah menyiapkan berbagai sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dan siswa, termasuk buku teks, modul pembelajaran, dan media online. Dengan demikian, diharapkan proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lebih efektif dan efisien. 

Penggunaan Kurikulum Merdeka tidak hanya diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, tetapi juga dapat meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di tingkat internasional. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan terus memberikan dukungan dan evaluasi terhadap implementasi Kurikulum Merdeka di seluruh sekolah di Indonesia.
Download Format Daftar Nilai Kurikulum Merdeka SD/MI dan SMP/MTs

Download Format Daftar Nilai Kurikulum Merdeka SD/MI dan SMP/MTs

Download Format Daftar Nilai Kurikulum Merdeka SD/MI dan SMP/MTs




Penilaian merujuk pada proses pengumpulan dan pengolahan informasi guna mengetahui kebutuhan belajar, perkembangan, dan pencapaian hasil belajar peserta didik.

Jenis asesmen, sesuai fungsinya, mencakup tiga kategori: asesmen sebagai proses pembelajaran (assessment as Learning), asesmen untuk proses pembelajaran (assessment for Learning), dan asesmen pada akhir proses pembelajaran (assessment of learning).

Selama ini, pelaksanaan asesmen lebih berfokus pada asesmen sumatif yang digunakan untuk mengisi laporan hasil belajar. Sayangnya, hasil asesmen jarang dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk perbaikan pembelajaran.

Dalam pembelajaran paradigma baru, pendidik diharapkan lebih memprioritaskan asesmen formatif daripada sumatif, dan menggunakan hasil asesmen formatif untuk terus memperbaiki proses pembelajaran.

Kurikulum Merdeka memiliki dua bentuk penilaian, yaitu Penilaian Formatif dan Penilaian Sumatif. Meskipun keduanya berfungsi sebagai asesmen dalam pembelajaran, keduanya memiliki perbedaan mendasar.

Dalam Kurikulum Merdeka, satuan pendidikan dan pendidik memiliki keleluasaan untuk menentukan jenis, teknik, bentuk instrumen, dan waktu pelaksanaan asesmen berdasarkan karakteristik tujuan pembelajaran.

Penilaian atau asesmen adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Dilakukan untuk mencari bukti atau dasar pertimbangan tentang pencapaian tujuan pembelajaran.

Dalam Kurikulum Merdeka, terdapat dua asesmen yang dilakukan dalam proses penilaian:

  • Penilaian Formatif: Bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran, mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, serta memberikan umpan balik tentang perkembangan mereka.
  • Penilaian Sumatif: Bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau Capaian Pembelajaran (CP) peserta didik. Digunakan sebagai dasar untuk menentukan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan.

Dalam rangka mendukung proses penilaian terarah dan mencapai tujuan pembelajaran, hasil penilaian diintegrasikan ke dalam daftar nilai peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Format Penilaian Sumatif dan Formatif Kurikulum Merdeka SD/MI dan SMP/MTs dapat diunduh untuk informasi lebih lanjut. (DISINI)
Download ATP Pemangkasan Rambut dan Penataan Jurusan Kecantikan dan SPA SMK Kelas XI Fase F

Download ATP Pemangkasan Rambut dan Penataan Jurusan Kecantikan dan SPA SMK Kelas XI Fase F

Download ATP Pemangkasan Rambut dan Penataan Jurusan Kecantikan dan SPA SMK Kelas XI Fase F



Download ATP Pemangkasan Rambut dan Penataan Jurusan Kecantikan dan SPA SMK Kelas XI Fase F: Menata Kecantikan dengan Keterampilan Profesional

Kelas XI SMK Jurusan Kecantikan dan SPA memasuki Fase F, dimana peserta didik diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang Pemangkasan Rambut dan Penataan (Hair Cutting dan Styling). Modul ATP (Alur Tujuan Pembelajaran) ini dirancang untuk memberikan panduan lengkap dalam mengembangkan keterampilan profesional dalam bidang kecantikan.




1. Sejarah, Tipe, Desain, dan Alat Pemangkasan Rambut:

Peserta didik akan menjelajahi sejarah pemangkasan rambut, mengidentifikasi berbagai tipe pemangkasan, menjelaskan macam-macam pemangkasan, dan membuat desain berbagai macam pemangkasan rambut.
Mereka juga akan belajar mengenali peralatan dan kosmetik yang digunakan untuk pemangkasan rambut.

2. Proses Kerja Pemangkasan Rambut:

Peserta didik akan mempraktikkan proses kerja pemangkasan rambut dengan berbagai teknik dasar dan alat. Ini mencakup penataan sesuai desain pemangkasan dengan atau tanpa alat, memberikan saran pasca pelayanan, menerapkan penampilan secara keseluruhan (total look), dan membersihkan area kerja sesuai dengan POS industri.

3. Pembuatan Digital Portofolio:

Peserta didik akan mendokumentasikan hasil akhir Pemangkasan Rambut dan Penataan untuk kebutuhan digital portofolio. Ini termasuk perencanaan pembuatan digital portofolio, dokumentasi kreatif pemangkasan rambut dan penataan secara digital, dan publikasi hasil digital portofolio di setidaknya 2 platform media sosial yang mereka miliki.

Download Modul ATP:

Untuk mendapatkan panduan lengkap dan mendalam dalam mengembangkan keterampilan Pemangkasan Rambut dan Penataan, unduh modul ATP Fase F untuk Kelas XI SMK Jurusan Kecantikan dan SPA melalui tautan berikut: Download Modul ATP Pemangkasan Rambut dan Penataan.

Dengan modul ini, diharapkan peserta didik dapat mencapai pemahaman yang komprehensif dan mengasah keterampilan profesionalnya dalam dunia kecantikan. Selamat belajar dan berkembang di bidang yang penuh kreativitas ini!






Download Modul Ajar Informatika Berfikir Komputasional Kelas X Fase E SMK/SMA

Download Modul Ajar Informatika Berfikir Komputasional Kelas X Fase E SMK/SMA

Download Modul Ajar Informatika Berfikir Komputasional Kelas X Fase E SMK/SMA


Pendidikan di era digital semakin menekankan pentingnya pemahaman tentang konsep berfikir komputasional, terutama pada tingkat pendidikan menengah. Modul ini dirancang khusus untuk siswa Kelas X Fase E SMK/SMA, dengan tujuan mengembangkan pemahaman mereka terhadap logika proposisi, bilangan digital, dan pemecahan masalah menggunakan konsep berfikir komputasional.



Informasi Umum Perangkat Ajar Informatika:

  • Jenjang/Kelas: SMK / X
  • Mapel: Informatika
  • Alokasi Waktu: 8 x pertemuan (4 x 45 menit)
  • Jumlah Siswa: Maksimal 36 peserta didik
  • Model Pembelajaran: Tatap Muka / Luring, PJJ Daring/Paduan antara tatap muka dan PJJ (blended learning)
  • Fase: E

Lingkup Materi:

  • Logika Proposisi
  • Negasi, Konjungsi, Disjungsi, Implikasi, Inferensi
  • Deduktif, Induktif, Abduktif
  • Biner, Heksadesimal
  • Problem Solving, Pemecahan Masalah, Algoritma

Tujuan Pembelajaran:

Modul ini bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan berfikir komputasional, meliputi pemahaman logika proposisi, konsep bilangan digital, dan kemampuan dalam pemecahan masalah.


Kata Kunci:

Proposisi, negasi, konjungsi, implikasi, deduktif, induktif, abduktif, bilangan digital, system bilangan, computasional thinking, biner, heksadesimal.


Keterampilan yang Dikembangkan:

  • Analisis logika proposisi
  • Penerapan konsep bilangan biner dan heksadesimal
  • Pemecahan masalah dengan pendekatan berfikir komputasional
  • Materi Ajar, Alat, dan Bahan:
  • Materi ajar berfokus pada logika proposisi, bilangan digital, dan pemecahan masalah. Alat dan bahan meliputi slide presentasi dan modul untuk memudahkan pemahaman siswa.


Sarana Prasarana:

  • Laptop/Komputer
  • Lab. Komputer/Ruang Kelas
  • Jaringan internet

Metode Pembelajaran:

  • Diskusi
  • Presentasi
  • Demonstrasi
  • Proyek

Asesmen:

Penilaian dilakukan secara individu dan kelompok melalui asesmen performa, tertulis, dan observasi.


Download Modul:

Untuk mengakses modul ajar ini, silakan unduh melalui tautan berikut: Download Modul Ajar Informatika Berfikir Komputasional.


Dengan modul ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan berfikir komputasional mereka dan siap menghadapi tantangan di era digital yang semakin berkembang. Selamat belajar!


Download Modul Informatika Dampak Sosial Informatika untuk Kelas X Fase E

Download Modul Informatika Dampak Sosial Informatika untuk Kelas X Fase E

Download Modul Informatika Dampak Sosial Informatika untuk Kelas X Fase E


Download Modul Informatika: Dampak Sosial Informatika untuk Kelas X Fase E

Modul Informatika Dampak Sosial Informatika untuk Kelas X Fase E


Informatika, sebagai cabang ilmu yang mempelajari pemrosesan informasi menggunakan teknologi, memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Pada tingkat pendidikan menengah, khususnya di Kelas X Fase E, pemahaman tentang dampak sosial informatika menjadi sangat relevan. Oleh karena itu, kami mempersembahkan modul informatika khusus yang dapat diunduh untuk mendukung pembelajaran di kelas ini.

1. Pengantar Informatika dan Perkembangannya

Modul ini diawali dengan pengantar informatika dan sejarah perkembangannya. Siswa akan diajak untuk memahami bagaimana informatika telah menjadi tulang punggung dalam transformasi digital dan perkembangan teknologi informasi.

2. Konsep Dasar Teknologi Informasi

Konsep dasar seperti komputer, perangkat lunak, dan jaringan menjadi fokus pada bagian ini. Siswa akan memahami bagaimana komponen-komponen ini bekerja bersama untuk menciptakan lingkungan informasi yang efisien.

3. Dampak Positif Sosial Informatika

Modul ini tidak hanya menyoroti aspek-aspek teknis informatika, tetapi juga mengeksplorasi dampak positifnya pada masyarakat. Pembahasan melibatkan perubahan dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi berkat kemajuan teknologi informasi.

4. Tantangan Etika dalam Penggunaan Teknologi Informasi

Siswa diajak untuk mempertimbangkan aspek etika dalam penggunaan teknologi informasi. Penggunaan yang bertanggung jawab dan kesadaran akan tantangan etika adalah keterampilan penting dalam era digital.

5. Keamanan Informasi dan Perlindungan Data

Keamanan informasi menjadi fokus utama pada bagian ini. Siswa akan memahami pentingnya melindungi data pribadi dan informasi penting lainnya dari ancaman keamanan digital.

6. Peran Informatika dalam Pemberdayaan Masyarakat

Modul ini menyoroti bagaimana informatika dapat menjadi alat untuk pemberdayaan masyarakat. Pendidikan dan akses informasi yang mudah adalah kunci untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

7. Proyek Kolaboratif: Menerapkan Pengetahuan Informatika

Siswa diajak untuk terlibat dalam proyek kolaboratif di mana mereka dapat menerapkan pengetahuan informatika yang telah dipelajari. Ini menciptakan pengalaman belajar yang lebih praktis dan relevan.

8. Unduh Modul Informatika: Dampak Sosial Informatika

Untuk mendukung pembelajaran, modul ini dapat diunduh secara gratis melalui tautan berikut: Download Modul Informatika Kelas X Fase E.

Dengan menyediakan modul informatika ini, harapannya adalah siswa dapat lebih mendalam dalam memahami dampak sosial informatika dan dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selamat belajar!
Download Prota Promes SD Implementasi Kurikulum Merdeka

Download Prota Promes SD Implementasi Kurikulum Merdeka

Download Prota Promes SD Implementasi Kurikulum Merdeka

Download Prota Promes SD Implementasi Kurikulum Merdeka



Dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka, penting bagi tenaga pendidik memiliki strategi dan pengetahuan untuk memastikan perencanaan pembelajaran berjalan dengan lancar. Tidak hanya menentukan metode pembelajaran di kelas, tetapi juga menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien melalui perencanaan yang matang. Salah satu aspek perencanaan pembelajaran yang krusial adalah Program Tahunan (Prota), Program Semester (Progsem), serta kalender pendidikan, yang membantu mencapai tujuan pembelajaran.

Sebagai guru, memahami konsep Prota sangat penting. Prota, atau program tahunan, harus disiapkan setiap pergantian semester sebagai panduan untuk selama satu tahun ke depan. Prota juga menjadi bagian administrasi pembelajaran yang mendasari penyusunan pembelajaran.

Sementara itu, Progsem merupakan bentuk penjabaran dari Prota yang mencakup gambaran pembelajaran dan pencapaian yang ingin dicapai selama satu semester. Progsem memudahkan guru dalam menuntaskan mata pelajaran yang diajarkan.

Fungsi Prota dan Progsem:


Fungsi Program Tahunan (Prota):

  • Mengorganisir pembelajaran agar berjalan maksimal.
  • Menjadi dasar untuk menyusun program-program selanjutnya, seperti Progsem.
  • Mengoptimalkan waktu pembelajaran agar kegiatan berjalan efektif dan mudah diterima oleh peserta didik.
  • Memberikan gambaran hal-hal yang akan dilakukan selama satu tahun pembelajaran.

Fungsi Program Semester (Progsem):

  • Mempermudah tugas guru dalam mengadakan pembelajaran selama satu semester.
  • Mengarahkan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diprogram.
  • Menjadi dasar untuk mengatur tugas dan wewenang setiap pihak yang ikut serta dalam pembelajaran.
  • Menjadi pedoman bagi guru dan siswa dalam bekerja dan belajar.
  • Menjadi tolok ukur efektivitas proses pembelajaran.
  • Menjadi bahan untuk menyusun data, menciptakan keseimbangan kerja, dan menghemat waktu, tenaga, biaya, serta alat penunjang.
Silahkan Unduh Contoh Program dan Program Semester Implementasi Kurikulum Merdeka pada Link Berikut:

Demikian kami sampaikan contoh Program Semester dan Program Tahunan Implementasi Kurikulum Merdeka untuk Jenjang SD. Semoga bermanfaat.





Download Capaian Pembelajaran (CP)  SD Fase A Implementasi Kurikulum Merdeka

Download Capaian Pembelajaran (CP) SD Fase A Implementasi Kurikulum Merdeka

Download Capaian Pembelajaran (CP)  SD Fase A Implementasi Kurikulum Merdeka


Capaian Pembelajaran (CP) Implementasi Kurikulum Merdeka SD Fase A


Capaian Pembelajaran (CP) Implementasi Kurikulum Merdeka SD Fase A, yang ditetapkan oleh pemerintah, mencakup kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap tahap perkembangan untuk setiap mata pelajaran pada satuan pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Capaian pembelajaran ini memuat sekumpulan kompetensi dan lingkup materi yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi. Pemetaan capaian pembelajaran dibagi dalam fase usia untuk menyesuaikan tahap perkembangan peserta didik.




Dalam konteks Kurikulum Merdeka, capaian pembelajaran merupakan keterampilan belajar yang harus dimiliki oleh siswa dan diselesaikan setiap tahap. Kurikulum Merdeka sendiri, dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim, bertujuan mengatur kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat student-centered learning atau berpusat pada siswa. Kurikulum ini mengutamakan pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat anak, dianggap lebih fleksibel, dan berkonsentrasi untuk mengembangkan kemampuan atau kompetensi siswa.

Isi dari capaian pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka melibatkan kumpulan kompetensi dan lingkup materi yang disusun komprehensif dalam bentuk narasi. Pemetaan capaian pembelajaran sesuai perkembangan siswa dalam fase usia menjadi fokus utama.

Strategi untuk mencapai capaian pembelajaran melibatkan pengurangan cakupan materi dan pengubahan tata cara penyusunan yang lebih fleksibel, sehingga siswa tidak merasa tertekan untuk mencapai pembelajaran tersebut.

Isi dalam Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka:


  • Rasional Capaian Pembelajaran
  • Tujuan Capaian Pembelajaran
  • Karakteristik Pembelajaran
  • Lingkup Capaian Pembelajaran
  • Rumusan Capaian Pembelajaran / Elemen Capaian Pembelajaran
Silakan Unduh Capaian Pembelajaran (CP) Implementasi Kurikulum Merdeka SD Fase A pada link di bawah ini:

Demikian informasi mengenai Capaian Pembelajaran (CP) Implementasi Kurikulum Merdeka SD Fase A, semoga bermanfaat.
Download Format Analisis Penilaian Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka

Download Format Analisis Penilaian Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka



Download Format Analisis Penilaian Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka

Dalam konteks pembelajaran, tujuan pembelajaran dari setiap tema atau subtema menjadi fokus utama. Evaluasi merupakan langkah krusial dalam mencapai tujuan tersebut, dengan hasil evaluasi menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan proses pembelajaran. Bagaimana pencapaian peserta didik dinilai juga turut menentukan sejauh mana proses pembelajaran berhasil.

Hasil evaluasi yang diberikan kepada peserta didik menjadi indikator utama bagi keberhasilan pembelajaran. Penilaian tersebut menjadi dasar untuk menganalisis tingkat capaian peserta didik, yang dilakukan dengan cermat untuk memastikan keadilan, proporsionalitas, validitas, dan keandalan hasil. Laporan kemajuan belajar yang disajikan bersifat sederhana namun informatif, memberikan gambaran karakter dan kompetensi yang telah dicapai peserta didik, serta memberikan arahan untuk tindak lanjut.

Prinsip-prinsip penilaian yang harus diterapkan mencakup integrasi penilaian sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran, memberikan umpan balik holistik untuk membimbing pendidik, peserta didik, dan orang tua dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya. Fleksibilitas dalam merancang dan melaksanakan penilaian juga diutamakan untuk mencapai efektivitas pembelajaran.

Penilaian tidak hanya merupakan tanggung jawab peserta didik, namun juga melibatkan pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua. Hasil penilaian digunakan sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran secara keseluruhan.

Prosedur penilaian hasil belajar peserta didik melibatkan beberapa tahap, mulai dari perumusan tujuan penilaian hingga pelaporan hasil penilaian. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, penilaian hasil belajar terdiri dari dua bentuk utama, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif.

Analisis proses penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi atau format tertentu, yang nantinya dapat dijadikan referensi dalam menganalisis penilaian pada Kurikulum Merdeka. Keseluruhan proses ini merupakan upaya untuk memastikan bahwa pendekatan penilaian yang digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dan mampu memberikan gambaran yang akurat tentang capaian peserta didik dalam pembelajaran.

Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, proses penilaian memiliki peran sentral dalam menentukan sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Untuk memudahkan pendidik dalam menganalisis penilaian, disediakan format khusus yang dapat diunduh sebagai panduan praktis.

Pentingnya Analisis Penilaian dalam Kurikulum Merdeka

Proses penilaian dalam Kurikulum Merdeka tidak hanya berfungsi sebagai alat evaluasi, tetapi juga sebagai sarana untuk memahami kemajuan belajar peserta didik secara holistik. Dalam konteks ini, analisis penilaian menjadi kunci untuk merinci capaian pembelajaran dan memberikan gambaran yang akurat tentang progres peserta didik.

Prinsip-Prinsip Analisis Penilaian

Sebelum mengunduh format analisis penilaian, penting untuk memahami prinsip-prinsip yang harus diterapkan. Analisis penilaian harus dilakukan secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya. Laporan hasil analisis seharusnya sederhana dan informatif, memberikan wawasan tentang karakter dan kompetensi yang telah dicapai peserta didik.

Langkah-Langkah Proses Analisis Penilaian

  1. Perumusan Tujuan Penilaian: Tentukan dengan jelas tujuan dari proses penilaian untuk memastikan relevansi dengan kurikulum dan tema/subtema yang sedang dipelajari.
  2. Pemilihan Instrumen Penilaian: Pilih atau kembangkan instrumen penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Keleluasaan diberikan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen.
  3. Pelaksanaan Penilaian: Terapkan instrumen penilaian sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, pastikan kondisi yang kondusif untuk peserta didik.
  4. Pengolahan Hasil Penilaian: Lakukan analisis mendalam terhadap hasil penilaian, identifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik, serta tentukan langkah-langkah perbaikan.

Download Format Analisis Penilaian

Untuk memudahkan pendidik dalam melakukan analisis penilaian, disediakan format khusus yang dapat diunduh melalui tautan berikut: Download Format Analisis Penilaian Kurikulum Merdeka.

Pemanfaatan Hasil Analisis

Hasil analisis penilaian dapat digunakan sebagai bahan refleksi oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua. Informasi yang dihasilkan dari analisis penilaian menjadi landasan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih efektif.

Dengan mengikuti panduan ini dan menggunakan format analisis penilaian yang tersedia, diharapkan proses analisis penilaian dalam Kurikulum Merdeka dapat dilaksanakan dengan lebih efisien dan memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan mutu pembelajaran.



Prinsip Utama Kurikulum Merdeka – Kampus Merdeka

Prinsip Utama Kurikulum Merdeka – Kampus Merdeka

Prinsip Utama Kurikulum Merdeka – Kampus Merdeka


Kurikulum Merdeka Kampus Merdeka adalah program pendidikan yang ditetapkan pada masa Nadiem Makarin menjadi menteri pendidikan nasional. Program-program dari kurikulum merupakan bagian dari refomarsi pada bidang pendidikan dengan menitik beratkan pada fleksibiltas dalam penyelenggaraan pendidikan.


Dalam kurikulum merdeka, Peserta didik dan mahasiswa dinerikam kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan jalur pendidikan mereka sendiri berdasarkan minat dan bakatnya. Kurikulum merdeka belajar ini diharapkan mampu mengurangi tekanan belajar yang berlebihan kepada peserta didik namun tetap menekankan pada pelatihan komptensi dan keterampilan peserta didik.



Prinsip Utama Kurikulum Merdeka

Beberapa poin kunci tentang Kurikulum Merdeka adalah:


  1. Pendekatan Berbasis Kompetensi: Program ini lebih fokus pada pengembangan kompetensi siswa daripada hanya mengejar pengetahuan akademis. Ini mencakup keterampilan praktis, keterampilan hidup, dan kecakapan sosial.
  2. Pemilihan Mata Pelajaran: Siswa memiliki lebih banyak pilihan dalam memilih mata pelajaran yang ingin mereka pelajari, tergantung pada minat dan bakat mereka. Ini membantu meningkatkan motivasi belajar.
  3. Belajar Aktif: Kurikulum Merdeka mendorong belajar aktif, di mana siswa lebih banyak terlibat dalam pembelajaran dan memiliki peran aktif dalam menentukan cara mereka memahami materi.
  4. Proyek dan Praktik: Siswa dapat terlibat dalam proyek-proyek dan praktik yang sesuai dengan minat dan aspirasi mereka. Ini memberikan pengalaman dunia nyata dan persiapan untuk karir mereka.
  5. Keterampilan Abad ke-21: Program ini menekankan pengembangan keterampilan yang relevan untuk abad ke-21, seperti pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.
  6. Evaluasi Berbasis Portofolio: Evaluasi dalam Kurikulum Merdeka didasarkan pada portofolio yang mencerminkan kemajuan siswa sepanjang waktu, bukan hanya pada ujian akhir semester.

Ini adalah beberapa prinsip utama dari Kurikulum Merdeka di Indonesia. Harap dicatat bahwa implementasi dan rincian program ini dapat bervariasi di berbagai sekolah dan wilayah di Indonesia. Program ini dirancang untuk memberikan lebih banyak fleksibilitas dan relevansi dalam pendidikan guna mendukung perkembangan siswa secara holistik.

INSTRUMEN VALIDASI MODUL AJAR INTRAKURIKULER DAN MODUL AJAR KOKURIKULER (P5)

INSTRUMEN VALIDASI MODUL AJAR INTRAKURIKULER DAN MODUL AJAR KOKURIKULER (P5)

INSTRUMEN VALIDASI MODUL AJAR INTRAKURIKULER DAN MODUL AJAR KOKURIKULER (P5)

Validasi modul ajar intrakurikuler dan modul ajar kokurikuler (P5) adalah tahap penting dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif. Artikel ini akan mengulas dengan mendalam tentang penggunaan instrumen validasi dalam menilai dan memperbaiki modul ajar untuk pembelajaran intrakurikuler dan kokurikuler. Mari kita eksplorasi lebih lanjut tentang pentingnya Instrumen Validasi Modul Ajar dalam P5.

Kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam memvalidasi modul ajar yang dibuat oleh guru pada satuan pendidikannya masing-masing harus paham betul dengan paradigma pembelajaran pada kurikulum merdeka. Perangkat pembelajaran janganlah dijadikan sebagai syarat administrasi belaka dan sulit untuk diimlementasikan oleh guru dalam pembelajarannya. Jadi tidak masanya lagi perangkat pembelajaran dengan format yang kaku, seragam, dan terlalu menuntut kelengkapan komponennya. Hal ini sudah diatur dalam Permendikbudristek RI Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses. Karena dalam Permendikbudristek ini dinyatakan bahwa: Perencanaan pembelajaran disusun dalam bentuk dokumen perencanaan pembelajaran yang: fleksibel; jelas; dan sederhana Dalam instrument validasi ini pun tidak diatur tentang format dan komponen modul ajar. Tapi lebih kepada kontennya yang mendukung untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan konsep pembelajaran diferensiasi dan asesmen formatifnya. Di bawah ini dijabarkan sedikit tentang perencanaan pembelajaran dan pada bagian bawah ada tautan untuk mendownload Permendikbud serta Instrumennya. Semoga bermanfaat.

Pada Salinan Permendikbudristek RI Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses Pada PAUD, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Standar prosesnya meliputi: 1) Perencanaan Pembelajaran; 2) Pelaksanaan Pembelajaran; dan 3) Penilaian Proses Pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan aktivitas untuk merumuskan: 1) capaian pembelajaran yang menjadi tujuan belajar dari suatu unit pembelajaran; 2) cara untuk mencapai tujuan belajar; dan 3) cara menilai ketercapaian tujuan belajar.

Perencanaan pembelajaran dilakukan oleh pendidik. Perencanaan pembelajaran disusun dalam bentuk dokumen perencanaan pembelajaran yang: fleksibel; jelas; dan sederhana. Dokumen perencanaan pembelajaran yang fleksibel merupakan dokumen yang tidak terikat pada bentuk tertentu dan dapat disesuaikan dengan konteks pembelajaran. Dokumen perencanaan pembelajaran yang jelas merupakan dokumen yang mudah dipahami. Dokumen perencanaan pembelajaran yang sederhana merupakan dokumen yang berisi hal pokok dan penting sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran. Dokumen perencanaan pembelajaran paling sedikit memuat: 1) Tujuan pembelajaran; 2) Langkah atau kegiatan pembelajaran; dan 3) penilaian atau asesmen pembelajaran.

Rencana pembelajaran dirancang untuk memandu guru melaksanakan pembelajaran sehari-hari untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dengan demikian, rencana pembelajaran disusun berdasarkan alur tujuan pembelajaran yang digunakan pendidik sehingga bentuknya lebih rinci dibandingkan alur tujuan pembelajaran. Perlu diingatkan kembali bahwa alur tujuan pembelajaran tidak ditetapkan oleh pemerintah sehingga pendidik yang satu dapat menggunakan alur tujuan pembelajaran yang berbeda dengan pendidik lainnya meskipun mengajar peserta didik dalam fase yang sama. Oleh karena itu, rencana pembelajaran yang dibuat masing-masing pendidik pun dapat berbeda-beda, terlebih lagi karena rencana pembelajaran ini dirancang dengan memperhatikan berbagai faktor lainnya, termasuk faktor peserta didik yang berbeda, lingkungan sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, dan lain-lain.

Jadi Komponen RPP berdasarkan Permendikbudristek RI Nomor 16 Tahun 2022 Tentang Standar Proses Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah hanya terdiri dari tujuan pembelajaran; langkah atau kegiatan pembelajaran; dan penilaian atau asesmen pembelajaran.

Dibawah ini ada contoh intrumen validasi modul ajar atau RPP dan modul ajar proyek P5 sesuai dengan Kurikulum Merdeka.

Instrumen Validasi Modul Ajar/RPP



Instrumen Validasi Modul Ajar Proyek P5


Sebagai penutup, kita menyadari bahwa validasi modul ajar intrakurikuler dan modul ajar kokurikuler (P5) adalah langkah penting dalam memastikan kualitas materi pembelajaran. Dengan instrumen validasi yang tepat, kita dapat memperbaiki modul ajar dan menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih baik bagi siswa. Teruslah berfokus pada proses validasi untuk peningkatan kualitas pendidikan.
Kumpulan Materi Pemahaman AKM

Kumpulan Materi Pemahaman AKM

Kumpulan Materi Pemahaman AKM

Kumpulan Materi Pemahaman AKM 2023


Kumpulan Materi Pemahaman AKM – Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah penilaian dasar untuk menilai kemampuan yang harus dimiliki oleh semua siswa agar mereka dapat mengembangkan potensi mereka dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.


AKM mengukur dua kompetensi dasar, yaitu literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Kedua kompetensi ini mencakup kemampuan berpikir logis-sistematis dalam pemahaman konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari, serta kemampuan dalam mengklasifikasi dan mengolah informasi.


Dalam AKM, siswa akan dihadapkan pada berbagai situasi kontekstual yang diharapkan mereka dapat selesaikan dengan kemampuan literasi membaca dan numerasi yang mereka miliki.


Tujuan AKM adalah untuk mengevaluasi kompetensi siswa secara menyeluruh, bukan hanya sebatas penguasaan materi pelajaran.


Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merenungkan berbagai jenis teks tertulis. Kemampuan ini bertujuan untuk mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia serta untuk berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.


Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari dalam berbagai konteks yang relevan bagi individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.


Pemetaan mutu pendidikan mencakup semua tingkat pendidikan, melibatkan Kepala Sekolah, Guru, dan siswa. Proses asesmen melibatkan siswa sebagai sampel dari berbagai sekolah untuk melaksanakan asesmen Literasi dan Numerasi, serta survei karakter dan survei lingkungan belajar.


Pelaksanaan asesmen menggunakan sistem berbasis komputer, bisa dalam bentuk online penuh atau semi online.


Kumpulan Materi Pemahaman AKM

  1. Pertama Materi Seri AKM
  2. Kedua Materi Kelas AKM
  3. Ketiga Pedoman Pelaksanaan AN
  4. Keempat Pemanfaatan Situs ANBK
  5. Kelima Panduan Aplikasi ANBK 2021
  6. Keenam Panduan Aplikasi ANBK 2021
  7. Ketujuh Penyajian Asesmen Nasional

--- Download Disini! Kumpulan Materi Pemahaman AKM ---

Mengenalkan Literasi dalam AKM Kepada Peserta Didik

Mengenalkan Literasi dalam AKM Kepada Peserta Didik

Mengenalkan Literasi dalam AKM Kepada Peserta Didik

Mengenalkan Literasi dalam AKM (Aktivitas Kegiatan Mengajar) kepada peserta didik adalah langkah penting dalam mendukung perkembangan pengetahuan dan keterampilan mereka. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang strategi dan manfaat mengenalkan literasi dalam AKM, serta bagaimana hal ini dapat memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Mari kita jelajahi lebih lanjut pentingnya Mengenalkan Literasi dalam AKM.

Mengenalkan Literasi dalam AKM Kepada Peserta Didik


Mengenalkan Literasi dalam AKM Kepada Peserta Didik


Upaya untuk memperbaiki tingkat literasi melalui asesmen dan pembelajaran termasuk dalam program peningkatan literasi di satuan pendidikan. Bagian dari program ini adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan literasi kepada peserta didik dalam konteks AKM (Asesmen Kompetensi Minimum). Berikut ini adalah berbagai langkah yang dapat diambil agar peserta didik dapat memahami literasi dan berhasil menjawab soal literasi dalam AKM.

Menemukan Informasi dalam Teks

Untuk membantu siswa menemukan informasi dalam teks, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan:
  • Pertimbangkan kemampuan membaca siswa dan berikan dukungan tambahan kepada mereka yang memiliki tingkat keterampilan membaca yang rendah.
  • Pahami tingkat kosakata siswa, karena mungkin siswa memiliki kosakata terbatas akibat penggunaan bahasa ibu atau bahasa daerah yang berbeda dari bahasa dalam teks. Guru dapat menyediakan bahan bacaan dalam bahasa ibu sebagai bahan referensi.
  • Mendorong siswa untuk menandai atau menuliskan kata kunci dalam teks untuk membantu pemahaman mereka.

Memahami Isi Teks

Agar siswa dapat memahami isi teks dengan baik, ada beberapa langkah yang dapat diambil:
  • Jika siswa mengalami kesulitan dalam memahami atau menginterpretasi teks, guru dapat mengajukan pertanyaan terkait materi atau teks yang akan dibaca.
  • Siswa dapat diminta untuk menuliskan pemahaman mereka tentang isi teks dan kemudian mendiskusikannya dengan siswa lain.
  • Guru dapat membantu siswa mengaitkan pemahaman mereka dengan situasi kehidupan sehari-hari.

Kontribusi Guru Mata Pelajaran

Semua guru mata pelajaran memiliki peran dalam meningkatkan literasi siswa:
Guru mata pelajaran non-bahasa dapat menggunakan buku non-teks dalam pembelajaran, memperkenalkan siswa pada teks multimoda (teks, grafis, video) sebagai bahan bacaan atau materi pembelajaran, dan memanfaatkan koleksi perpustakaan dalam konteks pembelajaran mereka. Contohnya, guru dapat menerapkan strategi jurnal interaktif dalam memahami budaya daerah di mata pelajaran IPAS atau strategi merumuskan kesimpulan dalam mata pelajaran sejarah.

Membaca Bersama dan Terbimbing

Kegiatan Membaca Bersama:
  • Guru dapat membangun koneksi siswa dengan buku melalui beberapa kegiatan, seperti meramalkan cerita berdasarkan sampul buku, mengaitkan gambar sampul buku dengan judul, dan mengajukan pertanyaan terkait materi buku.
  • Selama kegiatan membaca bersama, guru dapat membantu siswa memahami bacaan dengan menggunakan gambar sebagai alat bantu.
  • Guru perlu memantau pencapaian siswa secara berkala dan mempertimbangkan untuk menaikkan tingkat bacaan mereka berdasarkan hasil asesmen formatif.
  • Aturan dalam Menyimak Bacaan
  • Menyimak merupakan kemampuan penting untuk meningkatkan literasi siswa. Guru dapat memperkuat kemampuan ini melalui kegiatan membaca nyaring (read aloud) yang didukung oleh gambar-gambar menarik untuk meningkatkan perhatian siswa.

Menanggapi Bacaan

Untuk merangsang kreativitas dan pemahaman siswa, guru dapat melibatkan siswa dalam beragam kegiatan seperti menulis ulasan, mengurutkan peristiwa, mengisi peta cerita, mengembangkan gagasan, dan menulis ulang cerita sesuai dengan versi mereka sendiri. Ini dapat membantu siswa dalam pemahaman bacaan, menumbuhkan kreativitas, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Menulis Ulang Cerita

Menulis ulang cerita yang sudah dibaca atau didengar dengan versi sendiri dapat menjadi kegiatan yang bermanfaat bagi siswa. Hal ini membantu mereka memahami bacaan, mengasah kemampuan menulis kreatif, dan mendorong pemikiran kreatif serta imajinatif. Guru dapat memandu siswa dalam langkah-langkah menulis ulang cerita, termasuk diskusi mengenai ide-ide kreatif, memberikan contoh reka ulang cerita, dan membantu siswa menulis cerita secara kreatif sesuai dengan sudut pandang yang berbeda.

Sebagai penutup, kita menyadari bahwa literasi adalah kunci untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Dengan memasukkan literasi dalam AKM, kita memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan membaca, menulis, dan berpikir kritis yang mendalam. Teruslah mendukung literasi dalam AKM untuk mendorong perkembangan peserta didik.

Dimensi Rapor Pendidikan di PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Dimensi Rapor Pendidikan di PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Dimensi Rapor Pendidikan di PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Dimensi Rapor Pendidikan dalam PBD (Perencanaan Berbasis Data) adalah aspek penting dalam pemantauan dan evaluasi hasil pendidikan. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang bagaimana dimensi rapor pendidikan memainkan peran kunci dalam perencanaan berbasis data. Mari kita eksplorasi lebih jauh tentang konsep dan pentingnya Dimensi Rapor Pendidikan dalam PBD.

Dimensi Rapor Pendidikan di PBD (Perencanaan Berbasis Data)


Perencanaan Berbasis Data (PBD) memiliki urgensi agar satuan pendidikan di lingkungan Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dapat melaksanakan program dan pengadaan yang tepat sasaran, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di satuan pendidikannya.

Dalam menyusun Perencanaan Berbasis Data (PBD), satuan pendidikan dapat merujuk pada capaian di 5 (lima) Dimensi Rapor Pendidikan, yaitu dimensi A, B, C, D, dan dimensi E.

Berikut ini rincian kelima Dimensi Rapor Pendidikan berdasar pada output, proses dan input.


Output

Output merupakan kualitas capaian pembelajaran siswa

Dimensi A: Mutu dan relevansi hasil belajar siswa.

Indikatornya meliputi:
  • Kemampuan literasi
  • Kemampuan numerasi
  • Indeks karakter

Dimensi B: Pemerataan pendidikan yang bermutu

Proses 

Proses yang dimaksud adalah kualitas Proses Belajar Siswa

Dimensi D: Mutu dan relevansi pembelajaran.

Indikatornya adalah:
  • Kualitas pembelajaran
  • Refleksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru
  • Kepemimpinan instruksional
  • Iklim keamanan sekolah
  • Iklim kesetaraan gender
  • Iklim kebinekaan
  • Iklim inklusivitas
  • Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran
  • Input
  • Kualitas Sumber Daya Manusia dan Sekolah

Dimensi C: Kompetensi dan kinerja PTK.

Indikatornya meliputi:
  • Proporsi GTK bersertifikat
  • Proporsi GTK penggerak
  • Kualitas GTK penggerak
  • Pengalaman pelatihan guru
  • Nilai UKG
  • Pemenuhan kebutuhan guru
  • Kehadiran guru di kelas

Dimensi E: Pengelolaan sekolah yang partisipatif, transparan, dan akuntabel.

Indikatornya:
  • Partisipasi warga sekolah
  • Proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan mutu
  • Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran
  • Dari seluruh indikator yang ada di Rapor Pendidikan, Kemendikbudristek mengusulkan 5 indikator prioritas pendidikan pada jenjang Dikdasmen sebagai fokus awal untuk perbaikan satuan pendidikan. 
Kelima indikator prioritas tersebut meliputi:
  • Kemampuan Literasi
  • Kemampuan Numerasi
  • Indeks Karakter
  • Iklim Keamanan Sekolah dan Kebinekaan
  • Kualitas Pembelajaran
Sebagai penutup, kita menyadari bahwa pemahaman yang mendalam tentang Dimensi Rapor Pendidikan dalam PBD (Perencanaan Berbasis Data) adalah kunci untuk memahami pencapaian dan kualitas pendidikan. Dengan memperhatikan dimensi ini, kita dapat melakukan perencanaan yang lebih terfokus dan memastikan hasil pendidikan yang lebih baik. Teruslah memantau dan mengevaluasi dengan dimensi rapor pendidikan sebagai panduan.
Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data)

Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data) adalah langkah kunci dalam menerapkan pendekatan berbasis data dalam proses perencanaan. Artikel ini akan membahas bagaimana PBD dapat membantu mengoptimalkan perencanaan dengan data yang relevan, serta memberikan wawasan tentang praktik terbaik dalam pelaksanaannya. Mari kita eksplorasi lebih dalam mengenai pentingnya Pelaksanaan PBD.
Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data)



Setelah menyusun Perencanaan Berbasis Data (PBD) yang dapat merujuk pada dimensi Rapor Pendidikan, proses selanjutnya yang ditempuh oleh satuan pendidikan yaitu Pelaksanaan PBD serta monitoring dan evaluasi PBD.

Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) metode dalam Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (SD, SMP, SMA, SMK dan SLB). Metode tersebut adalah sebagai berikut:

  • Melakukan PBD melalui eksplorasi dashboard platform Rapor Pendidikan.
  • Melakukan PBD melalui unduhan rekomendasi PBD.
  • Melakukan PBD dengan menganalisis unduhan Laporan Rapor Pendidikan.
  • Dalam menganalisis terdapat 3 cara yang bisa dilakukan, yaitu:
  1. Cara 1: Melakukan PBD melalui eksplorasi dashboard platform Rapor Pendidikan
  2. Cara 2: Melakukan PBD melalui unduhan lembar rekomendasi PBD
  3. Cara 3: Melakukan PBD dengan menggunakan unduhan Laporan Rapor Pendidikan

Tahapan Pelaksanaan PBD

Ada 5 (lima) tahapan yang dapat ditempuh dalam Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data).

1.      Tahap 1 : Identifikasi untuk memilih dan menetapkan masalah

Terdapat 6 (enam) indikator prioritas untuk Dasmen dan 8 (delapan) indikator prioritas untuk SMK saat membuka halaman ringkasan Rapor Pendidikan.

Proses identifikasi dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu:

a. Pilih indikator-indikator dengan label capain yang paling rendah dengan urutan sebagai berikut: berwarna merah, kuning dan hijau.

b. Jika terdapat 2 label capaian dengan warna yang sama, pilihlah indikator mana yang lebih membutuhkan intervensi dengan melihat detail Peringkat/ Kuintil yang lebih rendah. Misalnya dengan memilih Peringkat menengah bawah (61-80%) atau Peringkat menengah (41-60%).

c.       Jika pada peringkat/ Kuintil masih memiliki nilai yang sama, silakan memilih Indikator mana yang lebih membutuhkan intervensi/ perbaikan dengan melihat delta atau kenaikan/ penurunan capaian dengan prioritas Penurunan yang paling tinggi, atau Kenaikan yang paling rendah.

d.      Pada tahap terakhir jika pada delta masih memiliki nilai yang sama, bandingkanlah skor capaian dengan klik "Apa arti capaian saya?", dan dilanjutkan dengan memilih indikator yang memiliki skor lebih rendah.

2.      Tahap 2 : Memilih Akar Masalah

a.      Dari masalah yang dipilih, klik "Pelajari akar masalah". Akan terlihat 4 kartu akar masalah dari indikator level 1 dan level 2 yang menyertainya. Perlu diketahui basis/ dasar untuk melakukan perbaikan pada indikator prioritas atau akar masalah adalah:

§  Sumber daya satuan pendidikan

§  Anggaran yang dimiliki oleh satuan pendidikan

§  Kondisi dari masing-masing satuan pendidikan

b.      Kemudian, pilih indikator level 2 dari indikator level 1 yang sudah dipilih menjadi masalah, karena Indikator level 2 tersebut juga merupakan akar masalah.

c.       Setelah itu lihatlah 3 kartu akar masalah yang terdapat di bagian bawah. Kartu-kartu tersebut sudah diurutkan berdasar indikator-indikator yang paling membutuhkan intervensi.

3.      Tahap 3 : Merumuskan Benahi

Ketika akan memulai untuk merumuskan Benahi, perhatikan hal-hal berikut ini:

a.      Dari akar masalah yang sudah dipilih, baik dari level 1 maupun level 2. Rumuskanlah benahi dengan melihat Inspirasi Benahi yang ada di bagian bawah halaman Ringkasan.

b.      Pilihlah sebagian atau seluruh inspirasi kegiatan benahi.

Selanjutnya pelajarilah inspirasi kegiatan benahi dengan klik tombol "Lihat di Merdeka Mengajar"

4.      Tahap 4 : Memasukkan detail IRB ke dalam dokumen RKT

Setelah selesai merumuskan benahi, lanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu memasukkan ke dalam dokumen RKT. Ikuti langkah-langkah berikut:

a.      Memindahkan hasil dari tahap 1, 2, dan 3 ke dalam dokumen RKT.

b.      Satuan pendidikan melakukan reviu dokumen RKT yang sudah lengkap, hasil reviu dapat berupa penambahan atau pengurangan.

5.      Tahap 5 : Memasukkan detail IRB ke dalam lembar kerja ARKAS

Kegiatan yang dimasukkan ke dalam Lembar Kerja ARKAS merupakan kegiatan yang membutuhkan anggaran untuk pelaksanaannya.

a.      Pindahkan kolom inspirasi kegiatan benahi yang terpilih dari RKT ke dalam kolom Benahi di lembar kerja ARKAS

b.      Pindahkan contoh kegiatan ARKAS yang terpilih dari RKT ke dalam kolom Kegiatan di lembar kerja ARKAS. Isi juga Kolom Penjelasan Kegiatan dengan rincian kegiatan apa saja yang ingin dilakukan sesuai dengan yang terdapat pada kolom Kegiatan. Selain itu, anda dapat mengisi kolom Uraian Kegiatan dengan rincian barang dan jasa yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

c.       Isi kolom Jumlah dengan jumlah barang dan jasa yang dibelanjakan dalam 1 tahun. Untuk kolom Satuan berisi satuan barang dan jasa yang dibelanjakan dalam 1 tahun. Kolom Harga Satuan berisi harga per satu satuan (rujukan dapat melihat ke aplikasi SIPLah atau sumber lainnya yang relevan) dan kolom Total berisi perkalian antara jumlah dan harga satuan.

Catatan:

4.      Jika jumlah total anggaran melebihi estimasi total anggaran yang dimiliki, maka anda dapat mengurangi: Jumlah barang dan jasa, Barang dan jasa, dan Kegiatan.

5.      Jika jumlah total anggaran kurang dari estimasi total anggaran yang dimiliki, maka anda dapat menambahkan: Jumlah barang dan jasa, Barang dan jasa, dan Kegiatan.

6.      Jika total anggaran sudah sesuai, di reviu dan disetujui, maka anda dapat memasukkan lembar kerja ARKAS ke dalam aplikasi ARKAS 4.

Setelah tahap 5 selesai, anda sudah memiliki dokumen ARKAS untuk satuan pendidikan.

 Sebagai penutup, kita menyadari bahwa Pelaksanaan PBD (Perencanaan Berbasis Data) adalah tahap vital dalam mencapai keberhasilan dalam perencanaan yang efektif. Dengan pendekatan ini, kita dapat mengambil keputusan yang lebih terinformasi dan mencapai hasil yang lebih baik. Teruslah mempertimbangkan pendekatan berbasis data dalam perencanaan Anda.