Kurikulum Merdeka adalah sebuah kurikulum pendidikan yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia pada tahun 2021. Tujuan utama dari kurikulum ini adalah untuk mewujudkan siswa yang memiliki kompetensi global, yang mampu bersaing di tingkat dunia.
|
5 prinsip pembelajaran dalam kurikulum merdeka |
Kurikulum Merdeka terdiri dari empat kompetensi utama yaitu: kompetensi spiritual, kompetensi sosial, kompetensi akademik, dan kompetensi profesional. Kompetensi spiritual meliputi kemampuan siswa untuk memahami ajaran agama, menghargai hak asasi manusia, dan mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan. Kompetensi sosial meliputi kemampuan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain, berkomunikasi dengan baik, dan memahami norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.
Kompetensi akademik meliputi kemampuan siswa untuk memahami konsep-konsep dasar dalam berbagai bidang studi, serta mampu mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kompetensi profesional meliputi kemampuan siswa untuk memahami keterampilan yang diperlukan di berbagai bidang pekerjaan, serta mampu mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia kerja.
Kurikulum Merdeka menggunakan pendekatan tematik, dimana setiap materi pelajaran dikemas dalam satu tema yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Selain itu, kurikulum ini juga menekankan pentingnya pengalaman belajar langsung (hands-on learning) dan pembelajaran melalui proyek. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memahami materi pelajaran dengan lebih mudah dan menyenangkan.
Kurikulum Merdeka juga mengadopsi pendekatan inkuiri (inquiry-based learning) yang menekankan pentingnya siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan jawabannya sendiri. Dengan demikian, siswa diharapkan mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Sebagai tambahan, kurikulum ini juga mencakup pembelajaran bahasa asing, termasuk bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, serta pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Kurikulum Merdeka juga mencakup pembelajaran kewarganegaraan, dimana siswa diharapkan memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia, serta mampu menghargai dan menghayati budaya dan sejarah bangsa Indonesia. Kurikulum Merdeka mengadopsi beberapa prinsip pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami dan mengaplikasikan materi pelajaran dengan lebih baik.
Berikut ini adalah lima prinsip pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka:
3. Hands-on learning:
Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya pengalaman belajar langsung (hands-on learning) dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan pengetahuan dengan lebih baik.
Hands-on learning, juga dikenal sebagai experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman, adalah metode pembelajaran yang mengutamakan interaksi langsung siswa dengan bahan pelajaran atau materi pembelajaran melalui aktivitas fisik atau praktik. Dalam pendekatan ini, siswa secara aktif terlibat dalam proses belajar dengan menggunakan tangan mereka untuk melakukan tugas-tugas atau proyek yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
Pendekatan hands-on learning berusaha untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa, yang memungkinkan mereka untuk merasakan, menyentuh, dan mengalami konsep atau topik yang dipelajari. Beberapa contoh metode pembelajaran hands-on meliputi:
- Percobaan dan eksperimen: Siswa melakukan percobaan atau eksperimen di laboratorium untuk mengamati dan menguji konsep-konsep sains atau matematika.
- Kegiatan seni dan kerajinan: Siswa membuat proyek seni atau kerajinan untuk memvisualisasikan konsep atau topik yang sedang dipelajari.
- Simulasi atau permainan peran: Siswa berpartisipasi dalam simulasi atau permainan peran untuk memahami peristiwa atau situasi tertentu dari perspektif praktis.
- Kunjungan lapangan: Siswa melakukan kunjungan ke tempat-tempat tertentu untuk mempelajari secara langsung tentang subjek tertentu, seperti ke museum, kebun binatang, atau pabrik.
- Proyek penerapan: Siswa melakukan proyek di luar kelas yang menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dalam kehidupan nyata, seperti mendirikan kebun sekolah atau mengorganisir kampanye sosial.
Pendekatan hands-on learning seringkali dianggap lebih efektif karena membantu meningkatkan keterlibatan siswa, memperdalam pemahaman, dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi situasi dunia nyata dengan keterampilan yang relevan.
4. Pembelajaran melalui proyek:
Kurikulum Merdeka juga menekankan pentingnya pembelajaran melalui proyek. Dengan proyek, siswa diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks yang lebih konkret.
Pembelajaran melalui proyek, juga dikenal sebagai project-based learning (PBL), adalah metode pembelajaran yang berpusat pada proyek atau tugas yang menantang dan menarik, di mana siswa terlibat secara aktif dalam penelitian, penyelesaian masalah, dan penerapan konsep untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Dalam pembelajaran melalui proyek, siswa berperan sebagai pembelajar aktif yang memainkan peran utama dalam mencari jawaban, menghadapi tantangan, dan mencapai hasil akhir.
PBL melibatkan langkah-langkah berikut:
- Penentuan proyek: Guru atau siswa dapat berkolaborasi untuk menentukan proyek atau tugas yang relevan dengan kurikulum dan menarik minat siswa. Proyek tersebut harus mencakup tujuan pembelajaran yang jelas.
- Penyelidikan: Siswa melakukan penyelidikan tentang topik proyek, mengumpulkan data, dan mengakses sumber-sumber informasi yang relevan.
- Perencanaan: Siswa merencanakan langkah-langkah yang akan mereka ambil dalam menyelesaikan proyek, mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan, dan merancang pendekatan penyelesaian.
- Pelaksanaan proyek: Siswa aktif terlibat dalam melakukan proyek, menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari selama proses penyelidikan.
- Kolaborasi: PBL sering melibatkan kolaborasi antara siswa, yang bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek dan memecahkan masalah bersama-sama.
- Penyajian dan refleksi: Setelah selesai, siswa menyajikan hasil proyek mereka kepada kelas atau audiens lainnya. Selain itu, mereka merefleksikan proses pembelajaran mereka dan pengalaman yang mereka alami selama proyek.
PBL menjadi metode pembelajaran yang populer karena meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dan membantu mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan dunia nyata dengan keterampilan dan pemahaman yang lebih baik.
5. Pembelajaran yang berbasis kompetensi:
Kurikulum Merdeka dikembangkan berdasarkan kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa. Oleh karena itu, proses pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan kompetensi siswa dalam bidang-bidang yang ditentukan.
Pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan pengukuran kemampuan atau kompetensi siswa dalam menguasai berbagai keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang relevan dengan tujuan pembelajaran tertentu. Pada pendekatan ini, fokus utama adalah pada hasil yang dicapai oleh siswa dan bagaimana siswa dapat menunjukkan bahwa mereka telah mencapai kompetensi yang ditetapkan.
Karakteristik utama dari pembelajaran yang berbasis kompetensi antara lain:
Penekanan pada hasil: Tujuan utama dari pembelajaran adalah untuk mengembangkan kompetensi-kompetensi tertentu pada siswa. Kompetensi ini mencakup keterampilan praktis, pengetahuan, pemahaman, dan sikap yang relevan dengan konteks pembelajaran.
Pengukuran kemampuan: Penilaian dalam pembelajaran berbasis kompetensi dilakukan dengan mengukur sejauh mana siswa telah mencapai kompetensi yang diharapkan. Penilaian ini berfokus pada penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi nyata daripada sekadar menghafal fakta.
Pembelajaran berpusat pada siswa: Siswa memiliki peran aktif dalam pembelajaran mereka, dengan guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing. Siswa diberi kesempatan untuk mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
Fleksibilitas dan individualisasi: Setiap siswa memiliki tingkat kemajuan dan kecepatan belajar yang berbeda. Pembelajaran berbasis kompetensi memungkinkan pendekatan yang lebih fleksibel dan individualisasi untuk memenuhi kebutuhan unik setiap siswa.
Integrasi kurikulum: Pembelajaran berbasis kompetensi mendorong integrasi berbagai aspek pembelajaran, sehingga siswa dapat melihat bagaimana keterampilan dan pengetahuan yang berbeda saling terkait dan relevan.
Konteks dunia nyata: Pembelajaran berbasis kompetensi berusaha untuk menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan aplikasi praktis. Kompetensi yang dikembangkan diharapkan dapat diaplikasikan dalam situasi nyata atau dunia kerja.
Pembelajaran berbasis kompetensi bertujuan untuk memberikan hasil yang lebih nyata dan bermakna bagi siswa. Dengan menekankan pada kemampuan dan kompetensi yang dapat diukur dan diamati, pendekatan ini mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendekatan ini juga menekankan pada pembelajaran sepanjang hayat, di mana siswa terus mengembangkan dan meningkatkan kompetensi mereka seiring waktu.
Implementasi kurikulum ini telah dimulai pada tahun 2021 di seluruh sekolah di Indonesia, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah. Namun, terdapat beberapa kritik terhadap kurikulum ini, diantaranya adalah: terlalu banyak kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, kurikulum yang terlalu teoritis, dan kurangnya pemahaman terhadap keanekaragaman budaya di Indonesia.
Meskipun demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan beberapa langkah untuk mengatasi kritik tersebut, diantaranya adalah dengan memberikan fleksibilitas bagi sekolah dalam menerapkan kurikulum ini, serta memberikan dukungan dan pelatihan bagi guru agar mampu mengajarkan kurikulum ini dengan lebih baik. Kurikulum Merdeka diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, sehingga mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang diakui di tingkat nasional maupun internasional.
Implementasi Kurikulum Merdeka tidak terlepas dari kritik yang diterima oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Beberapa kritik tersebut diantaranya adalah: terlalu banyak kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, kurikulum yang terlalu teoritis, dan kurangnya pemahaman terhadap keanekaragaman budaya di Indonesia.
Meskipun demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan beberapa langkah untuk mengatasi kritik tersebut, diantaranya adalah dengan memberikan fleksibilitas bagi sekolah dalam menerapkan kurikulum ini, serta memberikan dukungan dan pelatihan bagi guru agar mampu mengajarkan kurikulum ini dengan lebih baik.
Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga telah menyiapkan berbagai sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dan siswa, termasuk buku teks, modul pembelajaran, dan media online. Dengan demikian, diharapkan proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lebih efektif dan efisien.
Penggunaan Kurikulum Merdeka tidak hanya diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, tetapi juga dapat meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di tingkat internasional. Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan terus memberikan dukungan dan evaluasi terhadap implementasi Kurikulum Merdeka di seluruh sekolah di Indonesia.